Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penjara

8 Maret 2020   22:40 Diperbarui: 8 Maret 2020   22:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by Donald Tong from pexels

Sudah cukup kau membuatku bungkam. Ini bukanlah keheningan yang sering kau jadikan tempat peristirahatan dari rasa lelah. Bukan pula keheningan tempatmu biasa menepi dari segala bising. 

Kau mungkin berpikir bahwa ini hanyalah nyanyian sumbang dari seseorang yang sedang cari perhatian. 

"Tak perlu dihiraukan. Hanya membuat sakit telinga"

Tak ada yang mendengar walaupun aku berteriak hingga kehabisan suara. Semua merasa berhak bicara dengan alasan demi kebaikan. Tapi, untuk siapa? Dan atas dasar apa? 

Setiap hari kita bergelut dengan pilihan dan keputusan. Mengapa kau ciptakan terlalu banyak batasan?

"Maaf Tuan, pikiranku tidak bisa semudah itu kau penjarakan" 

08/03/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun