Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sajak Rindu yang Beracun

15 Desember 2019   06:01 Diperbarui: 15 Desember 2019   06:09 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
glass bottle on shelf-photo by Davide Baraldi from Pexels

Entah apa yang terjadi saat aku pergi
Ketika aku kembali, yang kulihat adalah wajah-wajah penuh kekecewaan
beberapa dari mereka meluapkan amarah
bahkan kudengar ada yang berharap bisa mengirimkanmu pada kematian
agar nisan itu bisa mereka tulis dengan darah
ya, darahmu!
juga namamu

Aku mengenalmu dari serpihan-serpihan sajak rindu
yang sering kau titipkan pada angin atau embun
Aku mengenalmu sebagai penyair berkawan sunyi
yang selalu menunggu malam tiba
agar kau bisa menyusun kepingan rindu dan kenangan menjadi sajak yang utuh

Tapi, sejak kapan sajak-sajak rindumu menjadi begitu beracun?

15/12/2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun