Mohon tunggu...
Luna Aurelia
Luna Aurelia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hutan Pando: Ternyata Terbentuk dari Satu Pohon Saja!

31 Maret 2024   04:31 Diperbarui: 31 Maret 2024   05:12 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutan di bumi terdiri atas bermacam-macam jenis. Masing-masing jenis hutan memiliki keunikannya tersendiri, termasuk hutan homogen.

Menurut Dinas Lingkungan Hidup (2019), Hutan homogen adalah hutan yang ditumbuhi oleh satu macam tumbuhan saja.

Hutan Pando, juga dikenal sebagai Pando Aspen Grove, adalah fenomena alam yang paling menakjubkan di Amerika Utara. Terletak di Utah, AS, hutan ini merupakan hutan paling homogen di dunia. Bagaimana tidak? Hutan Pando dikenal sebagai organisme tunggal terbesar di dunia, yang terdiri dari rumpun pohon trembling aspen (Populus tremuloides) yang terhubung melalui sistem akar yang sama. 

Populhs tremuloides memiliki kemampuan untuk tumbuh melalui proses yang disebut rizoma. Rizoma adalah bagian dari sistem akar tanaman yang dapat menghasilkan tunas baru, yang pada akhirnya tumbuh menjadi batang-batang pohon baru sehingga menyerupai kumpulan pohon.

(Sumber: Flickr, 2007)
(Sumber: Flickr, 2007)

Dengan kata lain, hutan pando sebenarnya hanyalah satu organisme tunggal yang terlihat seolah seperti ada ribuan individu. Faktanya, pando merupakan organisme tunggal terbesar di dunia yang mampu menutupi lebih dari seratus hektare lahan.

Hutan Pando terus berkembang melalui tunas anak yang tumbuh dari sistem akar yang ada. Ini membuat hutan ini dapat berkembang secara luas dan memperluas cakupan geografisnya. 

(Sumber: Medium, 2017)
(Sumber: Medium, 2017)

Meskipun terlihat kokoh dan abadi, Hutan Pando menghadapi ancaman dari berbagai faktor seperti gangguan manusia, perubahan iklim, dan penyakit. Upaya konservasi dan perlindungan terhadap lingkungan alaminya menjadi sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup fenomena alam yang luar biasa ini bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun