Retha.....Retha........, temanku yang satu ini kalau boleh aku bilang agak unik dan misterius untuk diajak berteman, temannya bisa aku hitung pakai jari tangan. Sifatnya yang keras  dalam segala hal, membuat teman pria dan wanita hanya sebatas mengenalnya saja, lebih dari itu??  mereka akan bilang "ogah" atau "ngak mau". Keunikan dan kehidupan misterius yang Retha jalani, tidak membuatnya tidak produktif, kemampuannya melukis, membuat jiwanya mengalir di dalam setiap guratan-guratan kuas pada kanvas lukisannya.
Sejak Retha memilih  tinggal di Kintamani Bali, aku dan Retha  hanya sekali-sekali  chatt by wa, itupun di jawab Retha hanya seperlunya saja..., tak banyak kata-kata ..., apalagi pakai emoji, emoticon atau stiker, ngak ada dalam hidup Retha. Kadang aku merasa terbeban tidak bisa berbuat banyak buat Retha, tapi di sisi lain dia tidak mau menerima belas kasih orang lain.
Ku pegang bahu Retha yang sedang berbaring di tempat tidur, ....Retha....Retha, kamu sudah bangun????
"Sudah, Ken" jawabnya lirih sambil tangannya mencoba mengapai gelas minuman dan sedotan. "Ken, minta air, aku haus banget"
Oooh, aku bergegas ambil gelas minuman yang ada sedotanya dan memberikan ke Retha, Â mau makan apa Retha?, aku ambilkan ya makanan buatmu?
Iya, Ken, jawab Retha sambil menyenderkan badannya ke tembok, aku sudah merasa baikkan kok, meski suaranya masih  lirih. ....., Ken!  mau ngak kamu ajak aku jalan-jalan seperti dulu saat aku dan  kamu di hutan pinus, aku ingin ke sana??
Ohhhh!!! (aku agak terkejut) iya Retha, besok kita jalan-jalan ya, tapi dengan syarat Retha mau makan banyak, jawabku menyakinkan dia.
Keesokan harinya, meski udara dingin Kintamani Bali menembus kulitku,  Retha tetap dengan keinginannya untuk jalan-jaln ke hutan pinus, ke tempat yang sama saat kami berdua duduk dulu. Aku  bopong dia ke dalam mobil, tak ketinggalan kursi rodanya juga, dan meluncurlah kami berdua dengan mobil sewaan  bernostalgia menyusuri jalan  kawasan hutan pinus Kintamani Bali.
Kulihat rona wajah Retha sedikit tersenyum saat kami sudah berada di lokasi tempat kami pernah duduk bersama, kubuka kaca jendela mobil agar Retha dapat lebih menikmati keindahan hutan pinus.
Ken....., aku mau duduk di sini, temani aku lagi ya, pintanya dengan tersenyum???
Kami duduk berdua, kupegangi tangan retha, tak kan kubiarkan kamu sendiri Retha menghadapi penderitaanmu, ......... tak akan kubiakan ....dan semakin kueratkan pegangan tanganku ke tangan Retha, hendak menyakinkan dia bahwa dia tidak sendiri......., lama kami berdiam diri menatap dari kejauhan Danau Kintamani Bali.