Mohon tunggu...
Agung Lumbantoruan
Agung Lumbantoruan Mohon Tunggu... Lainnya - Pencinta Aksara

Bhavana sraddha, satya, santhosa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bung Karno 2020

21 Juni 2020   13:52 Diperbarui: 21 Juni 2020   14:42 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno 1945 dan Sukarno 1965

Lima puluh tahun telah berlalu sejak Bung Karno berpulang. Soekarno meninggal dunia dalam status tahanan politik di negara yang turut dimerdekakannya. Ironis memang tetapi itulah Indonesia. Ini adalah salah satu fakta sejarah yang tidak bisa dibantah. Presiden Soekarno dinilai telah lalai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya baik sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan pasca peristiwa G30S/PKI. Saat itu Indonesia mengalami instabilitas politik, ekonomi morat marit dan carut marut sosial. 

Akibatnya Bung besar diberhentikan secara terhomat dari jabatannya oleh MPRS. Alhasil, beliau diusir dari istana, ditahan di Wisma Yaso, dituduh terlibat  G30S/PKI tetapi tidak pernah diproses secara hukum apalagi sampai diadili di pengadilan yang fair hingga menghembuskan nafas terakhirnya.

Pasca wafatnya Soekarno, pemerintahan Soeharto segera menjalankan kebijakan program de-Soekarnoisasi secara masif, terstruktur dan sistematis. Tujuannya adalah mengerdilkan peran serta dan partisipasi sejarah Bung Karno dalam proses kemerdekaan Indonesia dan peristiwa-peristiwa bersejarah lainnya. Tidak ada seorang pun yang berani bersuara lantang melawan kebijakan tersebut termasuk loyalis Soekarno maupun anggota keluarga Bung Karno sendiri terkecuali seorang lelaki tua renta yang bernama Drs Mohammad Hatta. Ya benar, Bung Hatta adalah orang yang bersama-sama dengan Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tangal 17 Agustus 1945.

Padahal pasca penguduran diri Hatta sebagai Wakil Presiden, beliau hidup sengsara semasa Presiden Soekarno berkuasa. Tulisannya dilarang beredar, media yang menerbitkan tulisan beliau dibredel, pemimpin redaksi media terkait dipenjara dan disiksa. Lebih dari itu bung berkacamata tidak lagi bisa bekerja seperti warga negara biasa untuk menghidupi keluarga.

Tetapi Bung Hatta tidak pernah dendam terhadap Bung Karno. Beliau melawan kebijakan Desoekarnoisasi pemerintahan Soeharto. Dalam beragam kesempatan, Mohammad Hatta senantiasa bersuara secara terbuka hingga menulis buku tentang peran serta dan partisipasi Soekarno secara objektif dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia beserta peristiwa-peristiwa bersejarah lainnya. Perbedaan prinsipil antara Hatta dan Soekarno tidak pernah dipublikasikan secara terbuka. Bahkan sebelum meninggal dunia, beliau sempat berpesan perselisihan yang terjadi dengan Bung Karno akan disimpan erat-erat hingga wafat.

Kini dalam Bulan Bung Karno 2020 alangkah baiknya bagi bangsa Indonesia untuk belajar kembali sosok dan pemikiran serta kebijakan Soekarno secara jujur, jernih dan objektif berdasarkan fakta sejarah yang ada supaya memahami apa yang menjadi relevansi hingga saat ini. Bukannya malah mengglorifikasi sosok Bung Karno secara berlebihan. Sekalipun beliau adalah salah satu putra terbaik bangsa Indonesia, Soekarno tetaplah seorang manusia biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun