Perang selalu membawa kehancuran.
    Bagi penduduk London sangat mudah memaknai kalimat itu sekarang. Beberapa bulan lalu mereka sibuk mengasihani penduduk Rotterdam yang kotanya dibom Nazi. Namun hanya berselang 4 bulan, London telah mendapatkan gilirannya.
    Stella memegangi kepalanya yang pening.
    Ia berjalan dengan gontai mencari telepon umum. Di sekitarnya puing - puing bekas pemboman semalam masih menggunung. Udara dingin pagi terasa menusuk tulang. Kota London yang sering berkabut kini makin pekat terkena sisa asap gedung yang terbakar. Bau gosong tercium tajam.
    Stella melihat - lihat sepanjang perjalanan.
    Suasana begitu sepi. Hanya satu dua orang yang dijumpainya. Sebuah mobil Cadillac putih tampak terguling di pinggir jalan. Sebagian badannya hancur. Jalan raya terlihat lengang. Tampak lubang menganga yang cukup besar di sebuah kawasan pertokoan. Mengerikan.
    Stella akhirnya menemukan telepon umum.
    Ia harus mengantri cukup panjang sebelum masuk ke bilik merah tersebut. Banyak orang ingin mengabari keluarganya supaya mereka tak cemas. Stella lalu menekan tombol dan menghubungi operator. Meminta disambungkan dengan rumah keluarganya di Manchester. Beruntung jalur komunikasi telepon di London masih berfungsi dengan baik.
***
    Malam - malam berikutnya pemboman terus berlanjut.
    Sepertinya Hitler ingin melumpuhkan London serta menghancurkan moril penduduknya. Jika moril ambruk, rakyat Inggris tentu segan melanjutkan perang. Buntutnya, pemerintah Inggris tentu mengikuti keinginan rakyatnya.