Mohon tunggu...
LumbaLumba
LumbaLumba Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Mencoba berbagi kisah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gadis Tercantik di London (Perang Eropa)-26

15 April 2014   14:14 Diperbarui: 5 Juni 2023   17:40 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Arabel mengokang pistolnya. Ia baru saja menerima berita buruk. Eduard terpergok MI5 dan saat ini sedang dikejar - kejar. Kejadian ini semakin menguatkan dugaan Arabel bahwa MI5 memang tengah mengincar mereka.

        Eduard baru saja menyuruhnya untuk kabur ke pelabuhan. Anggota Polisi Rahasia Jerman itu akan menyusul Arabel kemudian. Tapi sebelum itu Arabel mesti membunuh Stella demi menghilangkan jejak.

        Tangan Arabel lalu bergerak melepaskan bekapan di mulut Stella. Ia melihat gadis itu seperti hendak mengatakan sesuatu. Stella menatap Arabel dengan airmata berlinangan.

        "Baiklah kalau kau menginginkan nyawaku. Kurasa aku tak bisa menawar lagi. Tapi aku punya satu permintaan ...," nada suara Stella bergetar, "setelah perang ini selesai, carilah seorang pria bernama Lancelot Green. Tolong bahagiakan dirinya. Hanya kau perempuan yang bisa melakukannya. Berjanjilah padaku!"

        Sampai detik ini Stella masih memikirkan nasib Lancelot. Meski dirinya mati, Lancelot harus tetap hidup. Tekad Stella untuk membahagiakan Lancelot tak pernah pupus.

        "Lancelot Green? Pria yang dibenci penduduk London itu?" Arabel menaikkan alis, "bukankah dia kekasihmu? Aku beberapa kali melihatmu dengannya."

        Stella menggeleng - geleng dengan keras, "kami hanya teman. Dia tidak menginginkanku, dia menginginkanmu. Dia datang jauh - jauh ke London demi melindungimu, bukan aku."

        "Jadi ... gadis yang disukai Lancelot ... adalah aku?" Tangan Arabel yang memegang pistol gemetar. Jarinya yang menempel pada pelatuk mulai tak terkontrol. Sangat berbahaya. Tiap saat Arabel bisa menembak Stella tanpa sengaja.

        "Setelah aku mati, buang mayatku ke laut, "Stella berpesan, "jangan sampai Lancelot tahu kaulah yang membunuhku. Itu supaya dia tidak mendendam padamu. Kudoakan kalian hidup berbahagia selamanya." Hati Stella serasa teriris ketika mengatakannya.

        Mata Arabel berkaca - kaca, "kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Sudah terlambat. Aku akan pulang ke Jerman. Tak bisa kembali ke London. Tapi baiklah, aku berjanji. Entah bagaimana aku menepatinya, tapi aku berjanji. Maaf kini waktumu sudah habis. Aku harus membunuhmu."

        Arabel siap menarik pelatuk pistolnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun