***
    Lancelot tercengang menyaksikan pemandangan di dibawahnya.
    Terlihat konsentrasi pesawat tempur Jerman yang sangat besar. Tidak mungkin Lancelot menyerang mereka sendirian. Tapi membiarkan mereka lewat begitu saja rasanya juga sayang.
    Akhirnya Lancelot mengambil keputusan. Ia hendak melakukan serangan raid terhadap armada tersebut. Menyerang dari atas, menembak satu - dua pesawat, lalu kabur secepatnya.
    Pesawat Hurricane Lancelot seketika menukik. Jarinya menempel erat pada tombol senapan mesin. Siap menembak.
***
    Brak! Pintu kamar Stella mendadak dibuka. Arabel menyeruak masuk.
    Stella mendongak dengan mata terbelalak. Raut muka Arabel sukar dijelaskan. Terpancar kesedihan sekaligus kegusaran di wajah cantiknya. Tanpa diduga Arabel lalu mengeluarkan Colt 1911-nya dan menodongkan ke kepala Stella.
    "Mmmh ... mmmh ...!" Stella berusaha berontak dengan mulut yang dibekap. Mempertanyakan tindakan Arabel. Tubuhnya menggeliat - geliat.
    "Maaf nona ...," Arabel menatap dengan pandangan berduka,"semua sudah selesai. Aku tak bisa membiarkanmu hidup lebih lama."
    Stella menggeleng dengan keras. Ia paham akan dibunuh. Bulir - bulir air matanya seketika menetes di pipi.