Kau masih ingat anak panah yang kau belokkan arahnya ? Pada sebuah penunjuk jalan yang membuat banyak orang tersesat menghadiri pesta perkawinan Lalu, layaknya pahlawan kita pandu mereka menuju tempat yang menghilangkan gundah mereka Kita tertawa dengan recehan yang mampir di kocek celana abu-abu yang berplester bagian buritnya
Aku tak pernah lupa saat kita menjadi sepasang Jaka Tarub Ya, kau jaka dan aku tarub Mengintip bidadari menyanyi tarling cinta Sayang, kita sering salah adegan
Malam yang tak pernah jauh dari ingatanku Kita belajar menikmati rasa tembakau dari halimun yang kita telan Kita menikmatinya dengan sebungkus es teh bersodium Sempurnalah tenggorokan kita oleh batuk yang dicipta sodium dan asap
Di atas kubah masjid yang belum jadi kita pernah pekikkan : Membunuh derita kemiskinan dengan impian Menjadi lelaki hebat untuk wanita yang darahnya pernah melumuri tubuh Menjadi penuai kehormatan dari semesta alam Kelak saat asmara adalah hidup kita, jadilah bapak yang bersel tunggal
*Namun kau pergi kawan. sesaat tubuhmu dipukulkan ke tiang listrik dan wajahmu digeruskan di trotoar pinggiran kota, tempatmu mencari dendam masa kecil ----- mengenangmu yang pergi selamanya bersama sepeda motor yang remuk hingga tak terkenali merknya ------
*Ilustrasi minjem : di sini
*Kota tua sacheon ( Korea kidul ) : 2011-11-18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H