Mohon tunggu...
Andee Meridian
Andee Meridian Mohon Tunggu... -

the gembel mancanegara\r\n\r\npenggemar SBN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ginjal untuk Sang Dermawan

30 September 2011   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jarum jam di dinding sudah menginstruksikan waktu toko beras untuk ditutup. Toko beras itu kepunyaan haji sofyan, pedagang yang sudah menjadi bagian dari pasar tradisional di kotanya selama 20 tahun. Suasana pasar yang riuh di pagi hari sudah mulai lengang saat pukul 5 sore. Hanya toko-toko baju dan beberapa minimarket saja yang masih buka dengan lampu ruangannya yang mulai diterangi lampu. Sofyan berjongkok di depan tokonya memandangi 3 ekor ayam kate peliharannya yang sedang mengisi temboloknya dengan mematuk beras-beras yang tercecer di tanah.

Kini tembolok ketiga unggas mungilnya itu mulai tampak membesar. Diraihnya sekantong plastik beras untuk ditaburkan secara merata di tanah, dengan pandangan matanya yang ia arahakan ke sekeliling. Seperti takut diketahui orang lain, karena ia telah membuang sekantung beras terbaik di tokonya. Seseorang yang dinantikan akhirnya datang juga. Ia sengaja menunda untuk menutup tokonya karena menanti seorang pria renta dengan kaki kirinya yang diamputasi hingga ke pangkal paha. " Wah....kenapa ya pak, kok setiap hari beras-beras ini tampak semakin banyak saja tercecer di depan pelataran toko pak haji ". Tanya pak tua bertongkat itu " Mungkin memang beras-beras ini sudah menjadi rezeki pak kardi ". Sofyan tersenyum memandangi pak tua di depannya yang kini sudah memegang sapu untuk mengumpulkan beras-beras di pelataran. " Baiklah pak, aku pamit pulang dulu ya. Semoga beras-beras ini bermanfaat untuk bapak sekeluarga ". Sofyan menstart sepeda motornya. Kemudian berlalu pergi meninggalkan pria tua dengan kemeja batik compang-campingnya. Sepanjang perjalanan pulang, batin sofyan dirundung banyak pertanyaan. Tentang salah dan benar. Salahkah karena ia telah menyebar beras-berasnya ke tanah hanya karena ingin menambah isi kantong plastik pak tua yang cacat itu ? Sedang, berulang kali pak kardi selalu menolak pemberian beras dari sofyan. Beras bersih dan tanpa harus menyapu beras-beras di tanah yang bercampur jejak-jekak kaki. Ia pengais rizki bukan peminta-minta, ucap pak kardi tempo hari. Tiga ekor ayam kate itu pula sengaja sofyan beli untuk melarang secara halus agar pak tua itu tidak lagi menyapu beras dan bersedia menerima sedekah sofyan. " Biarlah, aku ambil sebagian saja dari rizki 3 ekor ayam kate pak haji ". Ucap pak kardi waktu itu. Untuk kesekian kalinya pak kardi tetap akan mengumpulkan beras-beras dan menolak pemberian sofyan. Karena itu, sofyan sengaja menaburkan sekatong beras sebanyak 2 kg untuk disedekahkan kepada tukang sol sepatu dan permak levi's itu. ******** Pak kardi adalah seorang bapak dari 3 orang anak. Ia harus merelakan kaki kirinya diamputasi karena kecelakaan saat ia masih menjadi kenek bus kota 10 tahun silam. Kini ia melakoni hari-harinya dengan menjadi tukang sol sepatu dan permak celana jeans. Berjarak 2 toko ke arah kiri dari toko beras sofyan adalah tempat ia duduk menunggu pemburu jasa dari pagi hingga sore. Penghasilannya jauh dari cukup, terkadang sama sekali ia tak mendapatkan uang. Untuk itu sepulangnya ia mengumpulkan butir-butir beras di depan toko sofyan. Bagi kardi, sofyan dan tokonya bak uluran tangan Tuhan yang mampu menghidangkan nasi untuk anak dan istrinya. Beberapa kali sofyan menawarkan beras dan uang untuknya. Namun kardi selalu menolaknya. Sofyan tak pernah menyerah begitu saja untuk berbagi rizki kepada kardi. Hampir setiap celana baru yang dibelikan sofyan untuk anak-anaknya, sofyan selalu memberikannya kepada kardi untuk dipermak. Ia sengaja membelikan celana dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran pas untuk anaknya. Begitu juga saat hari raya tiba, sofyan membelikan celana-celana berukran besar sebagai THR untuk karyawannya. Celana-celana itu pun bernasib sama, mampir ke mesin jahit kardi untuk dipermak. ******** Hampir seminggu lamanya, kardi tak menjumpai sang pemilik toko beras. Selama itu pula ia hanya bisa mengais beras segenggam saja. Jauh dari apa yang ia dapatkan ketika sofyan menunggui tokonya. Salah seorang karyawannya mewartakan bahwa sang bos kini berada di pembaringan rumah sakit. Nyawanya terancam akibat gagal ginjal dan hanya mampu tertolong jika ada orang yang mendonorkan ginjalnya. " Maaf pak, aku tak mungkin menebar beras ke pelataran seperti yang dilakukan haji sofyan setiap sore. Aku hanya karyawannya dan tak bisa menambahkan rizki bapak yang biasa dilakukan haji sofyan ". Ucap karyawan itu menambahkan Kardi berdiri termangu memandangi seisi toko sofyan, di tangan kirinya sekantong beras sebesar kepalan tangan. Air matanya menetes, yang baru mengetahui betapa mulyanya hati sofyan yang sengaja membuang beras hanya untuk mengisi kantong berasnya. Ia merapal do'a dalam hati untuk kesembuhan manusia dermawan yang sedang bergulat dengan penyakit. Bahkan lamunannya tentang sofyan menggeser dominasi pikirannya, tentang anak-anak mereka yang kekurangan nasi karena beras yang hanya secuil yang ia dapatkan. Tongkat kayunya mulai dilangkahkan menopang tubuh mengimbangi ayunan kaki kanannya yang melangkah pergi menuju rumah. Rumahnya tak jauh dari pasar, di sebuah rumah kecil berdinding kayu ia kembali dari pertempurannya menjemput rizki Tuhan seharian. Saat langkahnya baru terhitung beberapa jengkal saja. Matanya menangkap seekor ayam kate yang berdiam di tengah jalan. Ia mengenali ayam itu, segera ia berjalan tertatih mendekati unggas sofyan yang lupa jalan pulang. Diambilnya segenggam beras untuk menjinakkan ayam yang tampak kempes temboloknya. Sesaat sebelum ia meraih ayam mungil itu, sebuah sepeda motor menubruknya dengan begitu kencang. Tubuhnya terpelanting beberapa meter dan bertumbuk dengan trotoar. Sang pengendara motor kembali berdiri dan menyalakan motornya yang sempat juga terjatuh. Sisa-sisa manusia di pasar mengerumuni tubuh kardi yang bersimbah darah. Sedang beberapa tukang ojeg berusaha mengejar sang pelaku tabrak lari. Setibanya di puskesmas terdekat, ia berpesan kepada istrinya yang menangisi musibah yang menimpa dirinya. " Bu...aku sudah tak mampu lagi. Donorkanlah ginjalku untuk haji sofyan. Ia yang selama ini menjadi kepanjangan tangan Allah untuk menjauhkan anak-anak kita dari kelaparan ". Kalimat syahadat terucap dengan terpotong-potong dari mulut laki-laki berusia 50 tahun yang sedang sekarat. Lalu jantungnya berhenti berdetak dan nafasnya lepas bersama tangisan ketiga anaknya yang menggema di seisi ruang puskesmas.

*kota tua sacheon ( Korea kidul ) : 2011-09-tanggal gajian ( wkwkwkwkwkwkkwk)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun