Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tak ada Seorangpun yang Lebih Mulia, Sehingga Layak Menghina

28 Agustus 2016   17:47 Diperbarui: 29 Agustus 2016   02:09 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Melihat dan membaca meme tentang penghinaan Presiden Jokowi, membuat jari- jari saya gatal ingin ikut beropini. Ada banyak opini yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan si pencemooh tersebut bukanlah penghinaan, itu adalah kritik. Apakah sebegitu butanya kita membedakan arti menghina dan mengkritik?. Padahal menurut KBBI pengertian menghina adalah merendahkan, memandang rendah, memburukkan nama baik. Sedangkan mengkritik diartikan mengecam, menanggapi, memberi pertimbangan terhadap baik buruknya sesuatu. 

Dari segi mana kita bisa menganggap yang dilakukan si pencemooh itu adalah kritikan?. Jika dia bermaksud mengkritik, pertimbangan mana yang bisa dia kemukakan sehingga pakaian adat yang dikenakan Presiden Jokowi itu membuatnya seperti badut, orang stress, tolol, goblok, lady gagal? . Sudahkah dia bertanya pada orang - orang Batak yang pasti jauh lebih memahami makna dibalik pakaian itu?

Ataukah bagi kita masyarakat Indonesia kata - kata seperti tolol, goblok, orang stress adalah bahasa kritik?. Coba kita renungkan. Menurutku bahasa seperti itu adalah bahasa merendahkan, dimana seakan - akan si pencemooh sudah lebih pintar dari Pak Jokowi. 

Terlepas dari Pak Jokowi adalah seorang Presiden, apakah kita lebih mulia sehingga layak menghina orang lain?. Coba kita bayangkan jika yang ada dalam foto itu adalah kamu, lalu bagaimana perasaanmu?. Apakah kamu tidak akan merasa terhina?. Apalagi tanpa mengerti kesalahan apa yang telah kamu perbuat sehingga menerima perlakuan seperti itu. 

Ingat!, Pak Jokowi juga adalah seorang pribadi. Apalagi beliau adalah seorang pemimpin di negeri kita tercinta Indonesia. Dan itu sah!. Jika anda memang tidak menerima beliau sebagai pemimpin, pertimbangkanlah untuk pindah negara. Tapi hal itu tak mungkin, karena anda tidak sepintar Pak Habibie atau Pak Archandra untuk bisa diterima di negara lain. 

Nah dari itu teman - temanku yang tercinta di seluruh Indonesia, berhentilah menjadikan media sebagai alat untuk menyebar kebencian. Apakah kamu seorang pembela Prabowo, Jokowi, Ahokers, Amin Rais, dll. Menghina itu bukanlah hal yang bijak dalam menyampaikan sebuah ketidakpuasan atas kinerja pemimpin kita. Mari kita awasi kinerja mereka dengan menuliskan kritik yang baik di media. Siapa tahu belia- beliau sempat membacanya. Kalaupun tidak, jangan berkecil hati. 

Dahulu kala ada sebuah cerita tentang seseorang yang bernama Saul. Dia sangat gemar berkata kasar, bengis, dan penuh kebencian. Setelah bertobat salah seorang sahabatnya bertanya, " mengapa dulu kamu melakukan itu?" Jawab Saul " karena aku kurang pengetahuan dan bertindak tanpa iman".Berarti jika kita menghina, maka kita adalah orang yang kurang pengetahuan, alias cetek, alias bodoh dan kurang beriman. Loh???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun