Nomor 8. Ida Lumangge S
“Rumondang!, tolong nanti sepulang sekolah kau tumbuk beras yang sudah kurendam itu ya” teriak Mamak setelah Rumondang pamit pergi sekolah
“Iya Mak” sahut Rumondang tak kalah kencang
Saya yang sedang membereskan tempat tidur di kamar segera keluar menuju dapur.
“Kita mau bikin itak ya Mak?” tanyaku
Mamak yang tidak menyadari kehadiranku segera menoleh “ Iya, kita mau buat Itak Gurgur”.
“Itak gurgur?, bukannya itak gurgur itu biasanya untuk pemujaan kepada Oppung Mula Jadi Nabolon?” tanyaku penasaran
Mamak sedikit kaget dengan pertanyaanku
“Kita bukan hendak melakukan pemujaan sebagaimana tradisi Nenek Moyang kita saat Maritak Gurgur dulunya, ini lebih kepada memanjatkan doa dan permohonan kepada Tuhan agar kamu tetap kuat dalam segala masalah yang sedang kamu alami” Mamak menjelaskan.
“Aku dan Bapakmu akan mengundang Tetua Adat dan Penatua Gereja untuk melakukan doa bersama di rumah kita malam ini. Semoga dengan doa dan permohonan para tetua kamu diberkahi dengan semangat untuk menjalani hidup kedepannya”.
“Baiklah Mak, saya sih tidak bermaksud mau melanggar aturan adat ataupun tradisi tetua di kampung kita, tapi ada baiknya tradisi memberi sesajen kepada leluhur kita hilangkan. Adalah hal yang lebih diterima karena kita menggantinya dengan acara doa dan ibadah”. jelasku pada Mamak