Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Doa Padi pada Hujan

4 Oktober 2016   12:46 Diperbarui: 4 Oktober 2016   16:59 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok : pikiran-rakyat.com

Pagiku,  pada sebuah perbincangan tentang padi Ibuku.
Padi yang merindukan datangnya hujan, menyirami tanah yang mulai retak,  
dan menangisi hutan yang sudah gundul.

“Bagaimana dengan padi kita bu?” tanyaku 
“Daunnya sudah menguning, karena hujan sudah tak pernah turun” 
“Coba dialirkan dari sungai yang dekat sawah tuh” saranku 
“Air sungai pun dangkal, karena sudah tak ada pepohonan disekitarnya” sahut ibu lirih.
Aku membayangkan wajah sendu ibu karena padi – padinya yang berangsur mati.

Hujan masihkah ada rindu untuk membelai daun- daunku?
Atau setetes embunmu mencumbui pagiku?
Lihatlah begitu hausnya kerongkongan tanah
Menantikan segarmu pada bibirnya yang mengering

Menyaksikan jerit pilu para petani
Mengharapkan aku memberinya bulir - bulir
Namun akar – akarku tak lagi sanggup bertahan
Pada tanah yang sudah membatu

Tangis bocah – bocah kecil yang lapar
Pada susu ibu yang telah mengering
Mengharap air tajin pun tak lagi ditemui

Pada siapa lagi kah aku harus bercerita
Karena Tuhanpun seakan enggan menjawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun