Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Money

Jerit Petani di Tengah Anjloknya Harga Sawit

11 Juli 2022   22:11 Diperbarui: 11 Juli 2022   23:02 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harga TBS atau Tandan Buah Segar kelapa sawit per hari ini berada di kisaran seribu lima puluh rupiah perkilonya. Sangat berbeda jauh dengan dua bulan sebelumnya yang mencapai angka Rp,3500/kilo

Anjloknya harga sawit tersebut membuat petani menjerit namun pasrah. Menjerit karena minyak goreng masih tetap mahal, harga cabe melonjak, dan satu lagi yang paling bikin bengek adalah harga pupuk yang selangit.

Bayangkan saja untuk 50 kg pupuk NPK kita harus merogoh kocek sekitaran delapan ratus ribu hingga sejuta. Tergantung lokasi tentunya. Sementara itu untuk hasil yang memadai petani setidaknya melakukan pemupukan sekali dalam empat bulan. Jika harga TBS masih tetap anjlok hingga dua bulan ke depan maka sangat tidak mungkin melakukan pemupukan. Dan sudah pasti hasil ladang pun akan menurun.

Hal lain yang juga membuat petani tercekik adalah bagaimana melunasi cicilan KUR yang dikucurkan oleh Bank. Sedangkan hasil panen hanya mampu menutupi biaya operasional seperti tenaga pemanen, dan biaya angkut.

Berbicara tentang pelunasan cicilan, ada satu hal yang membuat saya tak habis pikir dengan kebiasaan masyarakat kita, terkhusus teman petani. 

Adapun itu adalah saat hasil pertanian mencapai harga tinggi mereka cenderung lupa membuat perencanaan keuangan yang baik. Tak jarang dari mereka yang nekat kredit sepeda motor, mobil ataupun barang mewah lainnya. Maka pada saat harga hasil pertanian anjlok mereka tercekik.

Harapan saya, semoga saja dalam beberapa hari ke depan harga TBS berangsur naik. Agar senyum para petani kembali merekah. Dan untukmu pemangku jabatan mohon untuk lebih lagi memperhatikan nasib para petani di negara kita ini. Agar kelak petani tak lagi identik dengan kemiskinan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun