Kepada seluruh korban dan keluarga penumpang Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 tujuan Pangkal Pinang, saya mengucapkan turut berduka yang sedalam - dalamnya. Dan kiranya Tuhan memberikan penghiburan serta kekuatan untuk keluarga yang ditinggal.Â
Dewasa ini, bepergian dengan pesawat sudah merupakan sebuah pilihan yang paling tepat dibanding harus bepergian dengan kapal laut atau perjalanan darat. Belum lagi ongkos pesawat yang sekarang relatif terjangkau membuat kebanyakan orang lebih memilih bepergian dengan si burung besi ini. Akan tetapi bagi saya pribadi bepergian dengan pesawat adalah sebuah ritual berserah total pada sang Pencipta. Jika dalam kehidupan sehari - hari aku adalah orang yang kerap kali enggan berdoa, maka saat menaiki pesawat aku menjadi pribadi yang tiba - tiba religius. Hal itu disebabkan karena saya sangat ketakutan ketika berada dalam pesawat. Entah mengapa saya selalu membayangkan kengerian.Â
Pengalaman saat turbulensi
Memang selama bepergian dengan pesawat, aku selalu pasti mengalami perjalanan yang mulus. Â Hanya sekali saja mengalami turbulensi saat terbang dari Banyuwangi menuju Surabaya. Penerbangan singkat dengan pesawat ATR Garuda tersebut mengalami turbulensi sesaat sebelum mendarat. Aku dan dan sekitar 50 orang penumpang lainnya meneriakkan doa pada sang Khalik. Puji Tuhan!, Pilot yang membawa kami akhirnya berhasil mengatasi tantangan dan mendarat dengan sempurna di Bandara Juanda Surabaya. Karena kejadian turbulensi pesawat tersebut aku dan Bosku hampir saja ditinggal connecting flight ke Jakarta. Final call untuk namaku dan namanya menggema di bandara tersebut. Setelah duduk dengan tenang di pesawat yang akan membawa kami ke Jakarta, bosku bertanya " Apakah tadi kamu ketakutan?". " Iya dong Pak" sahutku. Lalu kemudian beliau melanjutkan " goncangan akan membuatmu lebih mendekat kepada Tuhan". Hmm...perkataan beliau sangat tepat, terutama buat saya yang selalu takut bepergian dengan pesawat. Begitu pintu pesawat ditutup dan pramugari memperagakan pemakaian alat - alat keselamatan, maka disaat itu pula hidup matiku berserah di tanganNya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H