Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persembahan Kolekte Cuma Dua Ribu Rupiah?

31 Maret 2018   17:09 Diperbarui: 31 Maret 2018   17:12 1512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pauluswonosari.blogspot.co.id

Persembahan kolekte yang diadakan di tengah berlangsungnya ibadah di gereja adalah persembahan tulus tanpa merasa dipaksa. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Tuhan,  memberikan persembahan itu seharusnya sesuai kemampuan kita. Tidak dikurangi ataupun dilebih- lebihkan.

Lalu bagaimana jika dalam gereja Bapak atau Ibu Pendeta mengeluhkan nilai nominal persembahan kolekte yang kita berikan?. Teman -- teman, kemarin saat mengikuti ibadah di salah satu gereja. Pendetanya berkata begini " Sungguh disayangkan, masih saja ada jemaat yang memberikan persembahan kolekte sebesar dua ribu rupiah" (Rp, 2000). 

Aku sontak kaget mendengarnya. Walau tidak kutunjukkan lewat ekspresi, namun perkataan pendeta tersebut bertentangan dengan hati kecilku. Entah apa yang ada dipikiran beliau saat itu. Bukankah seharusnya beliau lebih hati -- hati dalam menyampaikan kalimat tersebut? Dikarenakan orang yang beribadah saat itukan berbeda -- beda keadaan keuangannya. Nah kalau seperti saya yang berpenghasilan serabutan memberi dua ribu rupiah saja sudah merupakan keajaiban. Dan bagaimana pula dengan seseorang yang sama sekali tidak punya uang?. Apakah mereka seharusnya tidak ke gereja karena tidak punya uang?. Padahal bisa mungkin saat Bapak Pendeta itu berkhotbah, saya dan orang yang tidak punya penghasilan tersebut sedang mencari jawaban atas pencarian kami yang belum berakhir. Namun semua harapan kami seakan tertolak hanya karena ucapan tersebut.

Meremehkan Pemberian

Mungkin sebagian orang tidak setuju, jika aku menganggap bahwa Bapak Pendeta tersebut meremehkan pemberian. Beliau tidak mampu mencerminkan sikap Kristus yang selalu menghargai setiap pemberian. 

Dalam Injil, Yesus memuji keikhlasan seorang janda miskin yang memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan. Yesus berkata bahwa janda tersebut telah memberi dari kekurangannya bukan dari kelebihannya. Sejatinya memberi persembahan itu memang harus atas dasar ketulusan. Namun tidak berarti juga kita harus pelit dalam memberi. Jika Tuhan memberkati kita lebih, ya kita harus komitmen memberi lebih. Ini hikmah buat para imam, pendeta atau pelayan gereja lainnya. Agar sebaiknya tidak meremehkan pemberian jemaat. Mengingatkan jemaat untuk tidak pelit dalam hal memberi sah -- sah saja. Tetapi kembali, cara penyampaiannya jangan sampai terkesan menyepelekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun