Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulitnya Akses, Membuat Desaku Jauh Tertinggal

21 Februari 2017   07:54 Diperbarui: 21 Februari 2017   11:53 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jalan yang curam|Dokumentasi pribadi

Tak bisa dipungkiri bahwa akses atau infrastruktur yang sudah maju membawa dampak besar terhadap kemajuan suatu daerah. Contoh paling utamanya adalah jalanan yang mudah dilalui akan sangat menjamin kelancaran distribusi segala kebutuhan. Petani bisa dengan mudah mengangkut dan menjual hasil pertanian dengan harga yang tidak terlalu rendah, dan para pedagang bisa menjual kebutuhan pertanian dengan harga yang tidak mencekik leher. Dikarenakan curamnya/sulitnya jalan menuju daerah saya, kelancaran distribusi menjadi hal yang mahal. Alamnya yang subur ibarat mutiara terpendam, yang entah apa mungkin bisa digali, jika perhatian Negara terhadap desa di luar Jawa masih tetap agenda nomor sekian.

Selain kesulitan akan transportasi dan pengangkutan, penduduk di desaku juga sangat tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan. Di desa ini cuma ada satu SD Negeri dan satu SMP Negeri, di mana tenaga pendidiknya kebanyakan honorer dengan gaji yang sangat kecil. Hasilnya murid-murid pun tertinggal banyak berbanding dengan anak sekolah di daerah yang lebih maju. Lain anak sekolah, lain pula para orang tua. Mereka bahkan tidak mengerti bagaimana itu bertani yang lebih modern, semua pertanian masih dikelola dengan cara tradisional. Melek internet? Itu mungkin akan membuat mereka berkata, “Untuk apa membuang waktu dengan hal yang sia-sia seperti itu?” Karena bagi mereka, swasembada pangan atau urusan perut itu jauh lebih berarti. Padahal, kehadiran internet bisa membuka mata mereka untuk lebih melek akan dunia di luar mereka. Seperti misalnya bagaimana cara petani di daerah Jawa bisa mengelolah pertanian dengan lebih baik sehingga meraup hasil panen yang melimpah. Yang menyedihkan adalah ketika ingin memperkenalkan internet kepada mereka, saya justru tak dapat sinyal sama sekali.

Karena kesulitan ini, maka tak heran jika tengkulak yang berani turun ke daerah meraup untung yang sangat besar. Contoh nyatanya ketika di akhir tahun 2016 harga cabai berada di kisaran seratus ribuan per kilo, tapi ibuku menjualnya empat puluh ribu per kilo. Bisa kita bayangkan, besar keuntungan tengkulak setelah dikurangi biaya transportasi, biaya risiko, dan biaya lainnya.

Harapan untuk Pemerintah

Telah berapa kali negara ini berganti presiden, namun tak satu pun dari mereka yang serius menangani problem desa-desa terpencil di luar Jawa. Rasanya ada rasa cemburu, ketika teman-teman petani di Jawa bisa menikmati akses tol yang bagus, akses internet yang kencang, dunia pendidikan dan pengetahuan yang sudah maju. Ketika desa di daerah lain masih sangat jauh tertinggal. Belum lagi masalah tenaga pendidik yang kebanyakan honorer, sementara banyak tenaga pendidik yang mau dan bersedia di tempatkan di daerah asalkan mereka memperoleh status sebagai tenaga pendidik tetap. Harapan saya, semoga Kementerian Desa Tertinggal, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, dan juga Kemeninfo semakin memperluas jangkauan ke daerah-daerah sulit akses, agar kesejangan ini bisa kita atasi bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun