Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Petani di Desaku Butuh Penyuluh Pertanian

26 Maret 2016   22:15 Diperbarui: 26 Maret 2016   22:32 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal bulan Maret kemaren saya sempatkan untuk berlibur di desa kelahiranku yang jauh dari hiruk pikuk kota. Rasa jenuh akan berisik dan sumpeknya hidup di kota lumayan terobati setelah menginjakkan kaki di desaku yang dingin dan sejuk. Tak luput dari agenda ku untuk mengunjungi ladang yang menjadi sumber pencaharian warga desa.

Miris, sejak aku lahir dan hingga berpindah kota pertanian di desaku ternyata tidak mengalami kemajuan dalam pengolahannya. Hampir semua petani masih mengolah lahan dengan cara tradisional. Tak heran jika daerahku masih jauh tertinggal dibanding daerah lain di sekitarnya. Yang lebih miris lagi, tak satu pun dari kami generasi yang lebih muda berani mengambil resiko untuk tinggal di desa. Kecuali bagi mereka yang penempatan jadi Pegawai Negeri. Dengan keterbatasan pengetahuan tentang pertanian, mereka bercocok tanam hanya untuk menutupi kebutuhan.

Hal lain yang membuat saya bertanya tanya. Dari begitu banyak lulusan sarjana pertanian, tetapi mengapa mereka lebih memilih bekerja di perkebunan perkebunan milik swasta?. Dan apakah pemerintah tidak menempatkan penyuluh di Kabupaten untuk mengedukasi masyarakat dalam bertani?. Ah,,penyesalanku tidak memilih jurusan pertanian kala itu.

Meski demikian, dengan berbekal pengetahuan di internet saya akan berusaha membantu mereka mengembangkan pengetahuan dalam mengolah, dan mengenal berbagai hama atau penyakit tanaman. Sehingga petani di desaku bisa lebih maju dan tidak lagi mengolah lahan dengan berpindah pindah. Kebiasaan mereka, dikala lahan yang sekarang sudah tak lagi subur maka mereka akan mengolah lahan kosong lainnya dengan menebangi pepohonan yang ada. Hal ini tentu saja bisa menimbulkan kerusakan lingkungan desaku.

Beginilah hasil pertanian Bapakku setelah tanaman tersebut di atas umur empat tahun.

[caption caption="photo : dokpri"][/caption]

[caption caption="Photo : dokpri"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun