Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menanti Janji Riana

6 Januari 2016   22:13 Diperbarui: 7 Januari 2016   17:35 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kuputuskan untuk tidak lagi menunggu, setelah berjam jam lamanya kunanti kedatanganmu di bandara ini tanpa sebuah kepastian. “Riana, kamu telah membuatku merasa konyol!”. “Ataukah kamu sedang menguji kesabaranku dalam sebuah penantian?”. “Sudah tidak saatnya Riana!, cinta kita sudah teruji oleh waktu dan jarak”. “Tidakkah kamu lihat bagaimana aku setia walau tanpa hadirmu disisiku?”.

Kupacu laju kendaraan ku dengan perasaan marah dan jengkel. Namun jauh dilubuk hatiku terbersit sebuah tanya “Ada apa?,tidak biasanya kamu ingkar pada janjimu”. Malam semakin larut, belum juga ada kabar darimu. “Riana, kamu memang wanita sialan!” makiku pada photomu yang kupajang di kamarku.

“Dicky, bergabung sama kita yuk” Leo menelpon dan mengajakku bergabung menghabiskan malam tahun baru bersama. Ajakan yang tepat di saat amarah di dada tidak lagi bisa kubendung. “Riana, minuman haram ini mungkin mampu mengusir bayangmu dari pikiranku”. “Persetan dengan janji kedatanganmu Riana!”
“Jika cinta, dia tidak akan membuatmu menunggu Dicky”
“Hubungan jarak jauh jarang yang berhasil bro”
“Wah banci loe bro, seperti tak ada wanita lain saja” Leo si Don Juan memandangku sinis.

Sebuah pesan singkat masuk di ponselku pagi ini, nomor yang tidak kukenali. “ Riana mengalami kecelakaan malam tadi saat hendak pulang ke Jakarta. Sepupunya meninggal di tempat dan Riana sendiri masih dalam keadaan kritis hingga saat ini”. “Tuhan!!! Selamatkan Rianaku, ampuni aku yang telah mencurigainya.

Segera kuhubungi nomor si pemberi pesan. “Sial!!,,, nomor tak bisa di hubungi”. “Teka teki apalagi yang harus saya jawab dalam penantian ini Riana?”. Saya tak tahu harus menemuimu dimana, dan harus usaha apa agar kamu dan aku bisa bersama.

“Riana!”
“Andai aku punya sayap, kan kulintasi semua jarak yang angkuh”.
“Kubalut tubuhmu dalam hangatnya dekap sayapku”.
“Bersama kita, terbang melintasi batas waktu”

“Riana!”
“Walau waktu dan jarak belum berpihak pada cinta kita”
“Berjanjilah untuk memberiku sekeping asa”.
“Asa bahwa penantian ini akan berujung indah”.

“Riana”
“Berjanjilah akan kembali membawa cinta kita”.
“Menyatukan waktu dan jarak pemisah”

“Riana, kugantungkan harapku pada janjimu!”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun