Lumajang -- "Gunakan logika jangan perasaan, karena perasaan itu tidak ada ukurannya", sebuah kalimat pembuka di matakuliah Logika yang diampu oleh Bapak Harry Purwanto, M.I.Kom. Â Sama seperti minggu lalu, pada pertemuan kali ini topic utamanya adalah Logika.
Logika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu  logos yang berarti pikiran atau kata. Logika bisa disebut juga dengan filsafat yang berfikir praktis (akal). Seperti hebat, pintar dan cerdas, itu tidak ada ukurannya. Maka bisa disimpulkan bahwa hebat, pintar dan cerdas hanyalah sebuah persifatan yang tidak bisa dilogikakan.
Objek dalam logika ada 2. Pertama, Objek Material. Yaitu, sesuatu yang dipelajari manusia secara sistematis, meliputi segala alam semesta dan seisinya. Kedua, Objek Formal. Yaitu, objek material yang dilihat dari sudut pandang tertentu.
Logika juga termasuk kedalam lefisi kefilsafatan yang memiliki 4 tahap. Pertama adalah Syariat yang berarti tahap belajar. Kedua adalah tahap Tarekat yang berarti memahami atau ikhtiar. Ketiga adalah Hakikat yaitu sesuatu yang sudah dipahami atau sudah paham dan yang terakhir, Ma'rifat yaitu tahap metafisika atau kebatinan.
"cara orang berbicara dan berbahasa dan berbahasa itu mencerminkan bagaimana cara dia berfikir dan bagaimana fikirannya,"ujarnya, disela-sela menjelaskan materi.
Beliau juga menjelaskan bagaimana manusia menjadi bagian dari semesta. Jadi, sekecil apapun makhluk hidup, mereka juga bagian dari alam semesta. Beliau menutup pembelajaran dengan kalimat,
"kabari pak Harry jika rindu, karena kita adalah bagian dari semesta." Ujarnya, minggu, 10 September 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H