Sorot mata layu memperlihatkan kelelahan Ezza, otot urat tangan nya menunjukkan bahwa Ezza adalah sosok yang pekerja keras. Ya, Ezza namanya seorang anak yang berasal dari keluarga miskin. Kedua orang tua Ezza adalah penduduk desa yang berniat merantau di kota besar yang memungkinkan bisa hidup lebih baik di kota besar.  Akhirnya mereka memutuskan pergi merantau ke Jakarta. Orang tua Ezza yang awalnya berharap mendapatkan kehidupan lebih baik di kota besar, malah harus menghadapi kenyataan pahit dari kerasnya mobilitas sosial di sana. Ezza sangat berbeda dengan anak-anak lain. Dia tidak hanya meminta uang kepada orang tua nya, tapi ia lebih memilih membantu orang tuanya berjualan nasi bungkus di sudut-sudut kota untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Setiap hari, Ezza bermimpi untuk bisa hidup lebih baik di masa depan sambil melihat gedung-gedung tinggi dan rumah-rumah megah di sekitarnya.Â
   Nasi bungkus dagangan Ezza telah habis, Ezza memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Ibunya selalu menyambut Ezza dengan hidangan sederhana namun istimewa karena Ayah Ezza mendapat sedikit rezeki tambahan hari itu. Saat makan Ezza mengungkapkan rasa cemas akan masa depan nya. Ia takut tidak bisa menjadi apa-apa tanpa pendidikan tinggi. Namun sang Ibu meyakinkan Ezza agar tidak berputus asa dan mencoba berbagai pekerjaan untuk mencari pengalaman.
"Bu, Ezza bisa sukses tidak ya Bu?, aku takut nanti aku tidak jadi apa apa, masa depan ku bagaimana Bu Ezza sudah besar, Ezza bingung ingin lanjut kemana?" tanya Ezza kepada sang Ibu
"Sudah nak tidak apa apa jangan lah berputus asa, jika kamu siap kamu bisa terjun ke dunia pekerjaan nak. " ujar Ibu
"Pekerjaan apa bu yang bisa aku lakukan Bu? sedangkan disini untuk melamar pekerjaan sangat di butuhkan gelar sarjana..." Jawab Ezza berputus asa.
"Nak... janganlah kau berputus asa banyak pekerjaan diluar sana yang harus kau coba sebagai pengalaman."
   Suatu ketika saat Ezza sedang berjualan, seseorang datang dengan penasaran saat memperhatikan Ezza sehingga ada keinginan orang tersebut untuk berbincang dengan nya.
"Nak, saya Pak Ilham apakah kamu mau untuk menjadi pegawai ku?, sepertinya kamu mempunyai kemampuan untuk bekerja di pabrik saya yaitu memproduksi sandal, Jika setuju besok bisa datang ke alamat ini."
Ucap Pak Ilham dengan memberikan kartu nama pabrkk sandal milik nya. Memang rezeki tidak ada yang menduga tiba tiba seseorang yang tidak dikenal Ezza memberikan tawaran pekerjaan kepada Ezza. Mendengar pernyataan itu Ezza langsung setuju dengan tawaran pak ilham. Keesokan harinya Ezza berangkat pagi untuk menuju ke pabrik rumahan milik Pak Ilham. Ezza pun datang dengan semangat dan langsung bertemu dengan Pak Ilham dan memberikan arahan bagaimana cara kerja membuat sandal. Ezza memerhatikan dengan cermat cara kerja Pak Ilham dalam membuat sandal. Berbulan bulan pun berlalu Ezza makin mahir dalam memproduksi sandal, semenjak adanya Ezza produk sandal milik Pak Ilham semakin meningkat pesat berkat ide ide Ezza dalam menciptakan inovasi sandal dengan gaya terbaru yang memikat banyak orang. 2 Tahun berlalu Arga merasa tersaingi dengan datangnya Ezza, seringkali ia memberikan ide yang cemerlang untuk usaha sandal Pak Ilham sehingga Pak Ilham sering memberikan perhatian lebih kepada Ezza.      Suatu ketika Arga merencanakan untuk mencuri 1 lusin  sandal yang siap di kirim ke Solo ia bersekongkol dengan Rizky. Pada saat itu hanya ada Ezza di dalam sana. la bekerja lembur untuk membuat ide ide baru lagi. Keesokannya saat pengiriman akan dilakukan dan pengecekan ulang ternyata telah hilang 1 lusin. Saat pengecekan ulang Rizky dan Arga datang kepada Pak Ilham ia menuduh Ezza yang telah mencuri sandalnya. Tak bisa dielakkan semua saling tuduh bahwa Ezza yang mengambilnya. Pak ilham melerai perdebatan sengit itu.
 "Sudah cukup. Jangan saling menuduh, sekarang kita pikir bagaimana kita bisa mengirim sandal sandal ini jika 1 lusin sandal lainnya hilang?" Kata Pak Ilham. Pak ilham pun memanggil semua pegawai nya, terutama kepada Ezza.
"Ezza apa benar kau yang mencuri 1 lusin sandal yang siap di kirim ke Solo?", Tanya pak Ilham