Mohon tunggu...
Luluk Marifa
Luluk Marifa Mohon Tunggu... Penulis - Read, read and read. than write, write and write.

Menulislah, hingga kau lupa caranya menyerah dan pasrah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi yang Mulai Meredup

27 Juni 2024   20:10 Diperbarui: 27 Juni 2024   20:11 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku masih memutuskan untuk memikirkan hal itu hingga beberapa jam setelahnya, buka tutup aplikasi satu ke aplikasi satu yang lain, hingga satu kata membuatku seolah diberi nasihat dari langit, bahwa segalanya kecil, bagi Allah yang Maha Besar. 

Tentu kalian pernah mendengar bahkan sering mendengar kalimat ini. Namun ada saat dimana ketika dihadapkan suatu permasalahan dan membacanya ulang seolah baru pertama kali itulah  membacanya.

Aku membawa bertumpuk-tumpuk keraguan menghada-Nya, lebih jauh bahkan aku merasa malu, bahwa aku menghadap membawa keraguan yang amat besar menyisakan sedikit, bahkan amat sedikit yakin yang hampir padam dalam dada.

Di titik tertentu, aku memang menyerah, orang lain sering mengatakan kamu bisa, dan kamu pasti bisa, kamu mampu, tapi mereka lupa, aku yang paling tau bagaimana kondisiku. Namun, aku juga lupa bahwa ada yang lebih tau akan kondisiku lebih dari diriku sendiri, lebih jauh, Dia mampu untuk meminjamkan banyak hal kepadaku, termasuk kemampuan yang tak selama ini aku punya.

Yakinku belum sepenuhnya utuh. Namun, raguku kan kuusahakan usir jauh, bahwa apa yang tidak mampu Allah lakukan untuk hamba-Nya? Sedang kasih sayang-Nya, kuasa-Nya, kebesaran-Nya meliputi seluruh Alam, aku titipkan impian itu ditangan-Nya, sembari ikhtiar dengan jiwa raga, aku belum kalah, banyak skenario yang dapat mungkin terjadi, menjadikanku dapat memeluk impian itu. namun jika tidak, sudah tentu itu yang terbaik, dari-Nya. Bahwa di manapun nanti raga ini berada, sudah tentu memang begitulah tugas kita adanya.

Allah tidak pernah membiarkan manusia berjuang sendiri, uluran tangannya kan datang, memeluk erat, meyakinkan bahwa berserah bukan berarti kalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun