Ironis.. sini kak, dik, mungkin kamu belum sadar akan urgen nya sebuah tulisan walaupun hanya sepenggal. Kau boleh bayangkan ketika tulisan mu dibaca seseorang dan itu mereka jadikan sebuah motivasi diri padahal tulisanmu hanya sepenggal tadi, apakah kamu tidak bangga?
Apalagi saat kamu sudah wisuda dimana orang-orang di sekelilingmu melihat kamu mengenakan toga siapa sih yang tidak bangga. Akan tetapi kamu belum sadar kamu wisuda tanpa sebuah karya. Jangan bangga kalau mengerjakan skripsi saja tidak bisa. Kamu hanya copy-paste, atau kamu beli dengan sebuah harga.
Untuk apa kamu kuliah selama 4 tahun itu jika pada akhirnya kau buat hal sedemikian rupa. Sudahlah tidur saja kau dirumah, kau hanya butuh gelar sarjana bukan?
Tibalah saatnya kamu pada fase pengangguran. Kamu boleh sombong selangit, tapi cukup langit-langit kampus saja. Setelah kau lulus, kamu itu siapa?
Kau tak punya karya lalu apakah kau masih mau bangga?
Betul kamu lulus sarjana tapi ragamu seperti telah lulus sementara pikiranmu terpenjara di dalamnya. Karena kau bukan mahasiswa yang sesungguhnya.
Silahkan bantah tulisan ini kak, dik. Tetapi kalian tidak boleh bantah kenyataan. Seperti halnya sebuah ramalan yang tidak mungkin terjadi, kecuali kau telah mengalami.
Ayo kak, dik, sadari budaya literasi. Dari situ kamu akan menjadi orang yang berprestasi, dan mengispirasi baik orang lain maupun diri sendiri.
Saat kamu lulus sarjana kamu tak perlu resah, gelisah, bahkan gundah karena kamu tidak diterima di perusahaan yang kamu ingin kan. Buat apa kamu kuliah bertahun tahun lamanya hanya jadi seorang pekerja. Orang yang bekerja tidak harus lulus sarjana. Kalau kamu tetap begitu, apa bedanya dengan yang tidak punya pendidikan.
Gini kak, dik. saya kasih tau. Jadilah mahasiswa yang sesungguhnya, budayakan literasi, dan bangkitkan semangat motivasi diri. Tidak usah repot-repot setelah mau kerja dimana, mau kerja apa, di perusahaan mana. Kau bisa memperoleh uang dengan cara tidak bekerja yang kau perlukan hanya budaya membaca dan menulis sudah itu saja.Â
Lalu kau implementasikan dengan sebuah karya. Itulah profesi paling mulia, kau hanya bersedia bolpen, buku, diam di rumah mau kerja kapan saja tidak ada orang yang memarahimu. ketika kamu tidak bekerja, kamu tetap punya kesibukan dan penghasilan bukan? Kamu kerja di sebuah perusahaan, gajimu berapa? Jerih payahmu berapa? Keluarga yang kau tinggalkan di rumah bagaimana? kak, dik, kenapa kalian tidak sadar-sadar akan sebuah goresan walaupun secuil ujung pena.