Mohon tunggu...
KKN MMK Kelompok 24
KKN MMK Kelompok 24 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi: Memasak Membaca Cita-cita: Orang Pintar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Seminar Pemanfaatan Limbah Kopi Bersama KKN UIN Walisongo

22 Agustus 2022   20:28 Diperbarui: 22 Agustus 2022   20:32 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Hari Senin, 8 Agustus 2022, Tim KKN MMK 24 UIN Walisongo Semarang menyelenggarakan seminar di Dusun Tempuran, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang mengenai pemanfaatan limbah organik yang berjudul "Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi Menjadi Teh Sehat Sebagai Upaya Pengoptimalan Sumber Daya Alam yang Unggul di Era Industri 4.0".

Limbah kulit kopi yang dipakai berasal dari Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Inovasi yang dibuat oleh Tim KKN MMK 24 UIN Walisongo Semarang adalah teh dari limbah kulit kopi (teh cascara) dengan rasa original dan lemon. Sebelumnya Kepala Dusun Sirap, Bapak Rofi'i sudah mencicipi terlebih dahulu hasil inovasinya dengan racikan sendiri. "Teh cascara original ini ternyata enak ya. Ada aroma kopinya. Apalagi kalo ditambah lemon dan gula jawa saya lebih suka" ujarnya.

Seminar yang diadakan oleh Tim KKN MMK 24 UIN Walisongo Semarang dihadiri oleh Bapak Haryono selaku Kepala Dusun Tempuran, Bapak Tori selaku Ketua RW, Bapak Ngadiyanto selaku Ketua Gapoktan Kopi Sirap, serta Kakak-Kakak Karang Taruna 'Orbit Bina Sae' Dusun Tempuran. Acara ini dibuka oleh sambutan Bapak Haryono yang dilanjutkan oleh Bapak Ngadiyanto.

Berikutnya, Tim KKN MMK 24 UIN Walisongo Semarang menjelaskan bagaimana proses pembuatan inovasi teh cascara tersebut. Setelah itu akan dibuka sesi tanya jawab. Terdapat beberapa pertanyaan dari para peserta undangan. Pertanyaan pertama didapat dari Bapak Tori. "Apakah kulit kopi tanpa proses pengeringan akan berbahaya jika langsung diseduh?" ujarnya. "Berdasarkan penelitian, jika dilihat dari kandungan kulit kopi tersebut tidak ada bahayanya. Hanya saja mungkin akan terasa lebih langu jika tidak melalui proses pengeringan terlebih dahulu" jawab dari Tim KKN MMK 24 UIN Walisongo Semarang.

Selanjutnya pertanyaan kedua didapat oleh salah satu anggota Karang Taruna "Bagaimana cara mempertahankan kualitas kopi yang bagus?" dan pertanyaan ketiga dari Tim KKN MMK 24 UIN Walisongo Semarang "Pasti ada nih tantangan dan hambatan dalam bertani kopi. Bagaimana sih cara menghadapinya?". Kedua pertanyaan tersebut ditujukan oleh Bapak Ngadiyanto selaku Ketua Gapoktan Kopi Sirap. "Untuk cara mempertahankan kualitas kopi mungkin kita menjaga perlakuan dari proses bertaninya, mulai dari tanam, panen, dan pasca panen harus diperlakukan sesuai standar yang ada, bahkan saat meroasting kopi tersebut juga harus dilakukan dengan hati-hati agar hasilnya sesuai. Kemudian untuk tantangan dan hambatan mungkin bisa dilihat dari cuaca yang tidak menentu. Contohnya saat pengeringan kopi kita membutuhkan sinar matahari yang cukup. Jika tidak ada sinar matahari, maka proses pengeringan akan terhambat dan kita bisa mensiasati itu sedemikian rupa sehingga bisa tetap menghasilkan kopi yang berkualitas bagus" ungkapnya.

Pertanyaan terakhir didapat dari Mas Haris, ketua Karang Taruna Dusun Tempuran "Bagaimana cita rasa dari teh cascara tersebut? Apakah ada bedanya dengan cita rasa dari kopi itu sendiri?" ungkapnya. Selanjutnya akan dilakukan testimoni produk inovasi Tim KKN MMK 24 UIN Walisongo Semarang untuk menjawab pertanyaan tersebut. Teh cascara yang akan dijadikan testimoni ada 4 jenis, yaitu teh cascara original dan lemon tanpa gula, serta teh cascara original dan lemon dengan gula jawa.

Setelah para hadirin mencicipi hasil inovasinya, Bapak Haryono mengungkapkan "Rasa dari teh cascara ini sebenarnya enak. Hanya saja menurut saya masih langu. Apalagi yang rasa lemon. Warnanya sudah seperti teh pada umumnya. Aromannya sedikit seperti kopi." ujarnya. Kemudian salah satu anggota dari Karang Taruna Dusun Tempuran mengatakan "Rasanya sepet. Warnanya sama seperti teh biasanya. Aromanya seperti kopi dan agak langu. Untuk teh cascara lemon menurut saya rasa lemonnya belum terasa" ungkapnya.

Jika ditanya lebih suka yang mana, jawaban para hadirin bermacam-macam. Ada yang suka teh cascara original dan ada yang suka teh cascara lemon. Ada yang suka tanpa gula dan ada yang suka dengan gula jawa. Menurut Tim KKN MMK 24 UIN Walisongo Semarang, hal itu wajar karena selera orang berbeda-beda dan kemungkinan lain yang menyebabkan perbedaan itu adalah komposisi dari teh cascara, lemon, dan gula jawanya. Mungkin jika mereka meraciknya sendiri akan lebih sesuai dengan lidah mereka masing-masing, seperti yang dilakukan oleh Bapak Rofi'i sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun