Mohon tunggu...
Lulu Ulkhofiyatun Nida
Lulu Ulkhofiyatun Nida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tumbuhlah seperti bunga matahari!

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Menelusuri Jejak Sejarah, Menggali Asal-Usul Desa Bandungrejo, Karanganyar, Demak

15 Agustus 2024   11:30 Diperbarui: 15 Agustus 2024   17:14 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Bandungrejo yang berada di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah merupakan sebuah desa yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan cerita perjuangan para pendirinya. Pada zaman dahulu, wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Bandungrejo merupakan hutan belantara yang sangat lebat. Hutan ini belum dihuni oleh manusia dan hanya dihuni oleh berbagai macam hewan liar. Konon, hutan ini dianggap angker oleh penduduk di daerah sekitar karena dipercaya menjadi tempat bersemayamnya para makhluk halus dan roh-roh leluhur.

Sejarah desa ini bermula dari kedatangan dua sosok penting, yaitu Mbah Buyut Jiyo dan Mbah Buyut Lopo yang pertama kali menjelajahi wilayah tersebut ketika masih berupa lahan kosong yang belum berpenghuni. Mereka memutuskan untuk membersihkan wilayah tersebut untuk dijadikan tempat menetap dan membangun kehidupan bersama kerluarga mereka di daerah yang kini dikenal sebagai Dusun Nglampok. Namun, perjalanan mereka untuk membentuk desa ini tidaklah mudah. Salah satu tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah kebutuhan akan air bersih, sesuatu yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup di wilayah yang baru tersebut.

Dalam upaya untuk menemukan sumber air yang layak di tengah-tengah hutan belantara, mereka dipertemukan dengan seorang tokoh lainnya, yaitu Mbah Kowongso. Sama seperti Mbah Buyut Jiyo dan Mbah Buyut Lopo, Mbah Kowongso dengan gigih juga tengah mencari sumber air bersih yang bisa diandalkan. Pencarian ini bukanlah tugas yang mudah mengingat kondisi alam yang keras dan belum tersentuh peradaban. 

Namun, ketekunan dan kegigihan Mbah Kowongso akhirnya membuahkan hasil ketika ia menemukan sebuah sumur yang airnya sangat jernih. Mereka memberi nama sumur tersebut sebagai "Sumur Bandung" yang tidak pernah habis airnya meskipun telah dimanfaatkan oleh banyak orang di segala musim. Penemuan sumur ini bukan hanya menjadi sumber kehidupan bagi para pendiri desa, tetapi juga dikenal sebagai sumber kehidupan bagi hewan-hewan yang ada di hutan itu.

Sejak saat itu, Mbah Wongso melihat potensi besar di daerah tersebut. Dengan kekuatan batinnya, ia memohon izin kepada para leluhur dan roh penjaga hutan untuk membuka lahan dan mendirikan sebuah desa di sana. Setelah melakukan ritual khusus dan mendapatkan izin, ia mulai menebang pohon-pohon besar dan membersihkan lahan tersebut.            Ketika Mbah Wongso mulai membersihkan hutan terdapat dua pendatang baru dengan mengatakan diri mereka orang pintar yang bernama Mbah Rembe dan Mbah Selan. Mereka berdua ikut mengembangkan peradaban di desa tersebut.

Desa yang semula belum ada namanya itu menjadi memiliki nama, yaitu Desa Bandungrejo. Bandung berarti tempat atau wadah, sedangkan Rejo berarti kemakmuran. Oleh karena itu, Bandungrejo berarti tempat kemakmuran. Saat ini, Desa Bandungrejo telah menjadi desa yang berkembang, kaya sumber daya, dan masyarakatnya hidup Makmur. Seiring berjalannya waktu penduduk dari desa-desa sekitar mulai berdatangan. Mereka tertarik dengan keberanian dan kemampuan Mbah Wongso dalam membuka hutan yang sebelumnya dianggap angker. Akhirnya, banyak orang yang bergabung dengannya untuk ikut membuka lahan dan membangun pemukiman.

Sumur yang telah ditemukan sebagai sumber kehidupan awal dalam petualangan para tokoh  pendiri Desa Bandungrejo berperan sebagai fondasi awal bagi terbentuknya komunitas yang perlahan-lahan berkembang hingga menjadi Desa Bandungrejo yang kita kenal sekarang. Sumur ini, dengan airnya yang tak pernah kering, menjadi lambang kemakmuran dan ketahanan bagi desa tersebut. Selain itu, sumur ini juga menyimpan nilai-nilai sejarah yang dalam, mengingatkan generasi demi generasi tentang usaha keras dan dedikasi tinggi para pendahulu dalam membangun desa ini dari lahan kosong menjadi sebuah permukiman yang hidup dan sejahtera. Setiap tetes air dari sumur ini seakan menceritakan kisah perjuangan mereka, yang berjuang tanpa lelah untuk memastikan keberlangsungan hidup dan kesejahteraan komunitas yang mereka dirikan dari awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun