"Dukuh Atas. Bagi Anda yang hendak menaiki kereta bandara ataupun KRL dapat turun di Stasiun Dukuh Atas," bunyi suara pengumuman itu bergema di sepanjang gerbong.
Kau mendahuluiku. Lelaki tinggi jangkung, bahkan untukku yang memiliki tinggi 163 cm. Tinggiku hanyalah sebahumu. Kau menoleh ke belakang sesekali dan pandangan kita bertemu seolah kau memastikan aku tak tertinggal. Â
Di antara lalu lalang anak muda yang fashionista, kau yang paling mencolok di mataku; celana di atas mata kaki dipadu baju koko hitam.
Paling mencolok adalah totebag yang menggantung di bahumu,
"Half Deen".Â
Begitu tulisannya. Aku tahu darimana asal tote bag itu karena aku memilikinya juga. Souvenir dari sebuah acara. Apa kita pernah ikut dalam acara yang sama?
Lalu, membaca itu, hatiku pun tiba-tiba dipenuhi pertanyaan, "Adakah engkau sudah menemukan pelengkap separuh agamamu?"
Dan tiba-tiba kedua kalinya kau menoleh usai keluar dari gate tiket MRT seolah mendengar pertanyaanku. Pandangan kita bertemu sebelum aku sibuk men-tap kartu tiketku dan kau berlalu.
Andai saja keberanian Khadijah radhiyallahu'anha setitik saja ada padaku, akan kukatakan tadi padamu, "Maukah ta'aruf denganku?"
Sayangnya pertemuan kita hanya sampai di situ. Keberanian Khadijah itu mungkin kumiliki hanya sampai tulisan ini. Aku tak punya Maisarah sebagai perantara. Hanya tulisan ini. Berdoa barangkali Allah Azza wa Jalla menakdirkan tulisan ini terbaca olehmu dan engkau memang belum berpunya.Â