Mohon tunggu...
Nurul Awalia
Nurul Awalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1

hobby jalan-jalan,makan,suka kulineran,suka baca cerita fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Integrasi Dalam Sains: Studi Kasus Oseanografi

16 Desember 2024   00:16 Diperbarui: 16 Desember 2024   00:32 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Oseanografi, pernahkah kamu mendengar istilah ini sebelumnya? Apa itu Oseanografi?. Seperti namanya yang mengandung kata ocean yang berarti laut, istilah ini masih berhubungan dengan laut. Bayangkan dunia di mana setiap gelombang di lautan menyimpan rahasia tentang kehidupan dan lingkungan kita; dengan paradigma integrasi dalam oseanografi, kita tidak hanya belajar tentang lautan, tetapi juga memahami bagaimana setiap aspek dari kehidupan kita saling terhubung dalam ekosistem yang kompleks."

 

A. Pentingnya Menggunakan Paradigma Integrasi 

Integrasi adalah upaya dalam menyatukan pengetahuan Islam dan pengetahuan umum. Konsep integrasi dan interkoneksi, yang pertama kali diperkenalkan oleh Amin Abdullah, menyatakan bahwa kehidupan sehari-hari umat manusia adalah fenomena yang kompleks yang dialami dan diamati oleh manusia. Paradigma dapat dipahami sebagai cara memandang sesuatu; Dalam sains artinya model, tipe, ideal. Konsep integrasi keilmuan berupaya memadukan ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama untuk menciptakan suatu bentuk baru antara ilmu pengetahuan dan Islam.

B. Pengertian Oseanografi

Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata Yunani: oceanus (samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti deskripsi tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pada kenyataan lebih dari sekedar deskripsi tentang samudera, karena samudera sendiri akan melibatkan berbagai disiplin ilmu jika ingin diungkapkan. Oseanografi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan lautan, seperti: air, tanaman, hewan laut. J.J Bhatt, dari Rhode Island Junior College, membagi sejarah oseanografi menjadi beberapa era, yaitu era klasik, era sebelum Challenger, dan era Glomar Challenger. Oseanografi adalah cabang sains yang mempelajari lautan dan semua aspek yang terkait, termasuk fisika, kimia, biologi, dan geologi. Dalam konteks ini, penerapan paradigma integrasi menjadi sangat penting untuk memahami hubungan yang kompleks antara berbagai elemen yang mempengaruhi ekosistem laut. 

Artikel ini akan membahas penerapan paradigma integrasi dalam oseanografi, serta memberikan contoh penerapan dari aspek bayani, burhani, dan irfani.

C. Penerapan Paradigma Integrasi dalam Oseanografi

Aspek Bayani: • QS. Al-Furqan:53, "Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar serta segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus."

  • Tafsir Klasik: Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah. Allah adalah Dzat yang mengalirkan dua lautan dan menjadikan keduanya mengalir berdampingan tanpa bercampur satu sama lain. Laut ini (laut pertama) tawar (tidak asin) dan sangat segar, sedangkan laut ini (laut kedua) sangat asin. Dan Dia membuat sekat pemisah dan dinding penghalang yang mencegah percampuran antara satu laut dengan yang lainnya. Masing-masing laut itu masih terpisah satu sama lain dan berada dalam arus khusus sesuai ketentuan Allah SWT.
  • Tafsir Modern: Dalam tafsir modern seperti Tafsir Kementrian Agama RI. Tafsir Surah Al-Furqan Ayat 53 berbicara mengenai tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain, yakni adanya dua air mengalir yang berdampingan padahal berbeda secara jenis dan rasa. Ayat ini berisi tanda kekuasaan Allah yang keempat, yaitu Dia yang membiarkan dua macam air mengalir berdampingan, yang satu tawar dan segar, sedangkan yang lain asin dan pahit, walaupun menurut pandangan mata kedua lautan itu bercampur, namun pada kenyataannya air yang tawar terpisah dari yang asin dengan kekuasaan Allah seperti dalam firman-Nya: “Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (ar-Rahman/55: 19-20).

Aspek Burhani: • QS Al-Furqan ayat 53 menggambarkan dua laut yang berdampingan, satu tawar dan satu asin, dengan batas yang tidak dapat dilampaui. Pemahaman ini berkontribusi pada ilmu oseanografi modern dengan menyoroti konsep pemisahan air berdasarkan salinitas dan densitas. Fenomena ini dapat terjadi di selat Gibraltar (selat yang memisahkan Spanyol dan Benua Eropa dan Maroko di Benua Afrika). Penjelasan al-bahrain dalam tafsir kemenag memiliki makna dua lautan yang bertemu seperti Selat Gibraltar yaitu di Samudra atlantik dan laut mediterania yang airnya tidak menyatu. Beberapa Samudra lain seperti Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia terdapat arus yang bergerak melawan permukaan laut (Pacific Equatorial Undercurrent). Arus ini bergerak ke timur arus melawan selatan pasifik yang bergerak ke barat yang menyebabkan lautan di Selat Gibraltar terdapat Batasan antar lautan yang saling berdampingan. Penemuan ini sejalan dengan ayat Al-Furqan dan memberikan wawasan tentang dinamika laut yang lebih luas. Contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari yang mengacu pada ayat dalam bayani adalah program pelestarian lingkungan yang diinisiasi oleh masyarakat pesisir. Misalnya, pengurangan penggunaan plastik di pantai untuk mengurangi pencemaran laut. Selain itu, partisipasi dalam kegiatan bersih-bersih pantai dan edukasi bagi anak-anak tentang pentingnya menjaga kebersihan laut sangat relevan dalam pengembangan ilmu oseanografi serta kesadaran lingkungan sekitar kita.

Aspek Irfani: • Nilai epistemologi Irfani dalam QS Al-Furqan ayat 53 terwujud dalam pengakuan terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah melalui fenomena alam. Ayat ini menggambarkan dua laut—satu tawar dan satu asin—yang mengalir berdampingan tanpa bercampur, menunjukkan adanya barzakh atau pemisah yang diciptakan Allah. Ini mencerminkan pemahaman bahwa setiap fenomena alam memiliki makna dan tujuan yang lebih dalam, serta mengajak manusia untuk merenungkan keteraturan dan keindahan ciptaan-Nya.

  • Pengakuan terhadap Kekuasaan Allah : QS Al-Furqan ayat 53 mengajak kita untuk memikirkan bagaimana Allah menciptakan batas yang tidak dapat dilampaui antara dua jenis air. Meskipun kedua laut tersebut berada dalam kedekatan fisik, mereka tetap terpisah oleh hukum alam yang ditetapkan oleh Allah SWT. Hal ini mengingatkan kita akan kebesaran dan kekuasaan-Nya dalam menciptakan dan mengatur alam semesta.
  • Refleksi Spiritual : Dari perspektif Irfani, fenomena tersebut mengajak kita untuk memikirkan makna yang lebih dalam dari setiap ciptaan. Misalnya, batas antara air tawar dan air asin dapat dipandang sebagai simbol dari batasan dalam kehidupan manusia, di mana kita harus memahami dan menghormati batasan yang ada dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, etika, maupun lingkungan.
  • Kesadaran Lingkungan : Dari sudut pandang irfani, menjaga kelestarian laut dan sumber daya alam lainnya adalah bagian dari ibadah dan tanggung jawab kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut sejalan dengan ajaran dalam QS Al-Furqan ayat 53, yang mengajak kita untuk memikirkan dan menghargai setiap fenomena alam sebagai tanda kekuasaan Allah.

Kesimpulan: Paradigma integrasi dalam oseanografi tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang ekosistem laut, tetapi juga mengajak kita untuk bertindak dengan tanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan menggabungkan aspek bayani, burhani, dan irfani, hal ini penting untuk mendukung keberlanjutan ekosistem bagi generasi mendatang.

Sumber Referensi

  1. Al-Qur'an: Ayat-ayat yang dijadikan rujukan dalam artikel ini diambil dari Al-Qur'an, khususnya QS Al-Furqan ayat 53. Surat Al-Furqan Ayat 53 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca di TafsirWeb
  2. https://solarindustri.com/blog/apa-itu-oseanografi/
  3. Ulfa Qorina, Marilang & M Hajir Nonci. (Januari, 2024). Paradigma dan Konsep Integrasi Ilmu. Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Vol 1, No6, Hal 243-249. 
  4. Sumber gambar: https://techno.okezone.com/read/2018/03/01/56/1866669/ada-dinding-yang-menghalangi-tercampurnya-air-laut-dan-air-tawar
  5. https://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Abstrak-Buku-Dinamika-Oseanografi-Deskripsi-Karakteristik-Massa-Air-Dan-Sirkulasi-Laut.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun