Mohon tunggu...
Nurul Khusnu Khotimah
Nurul Khusnu Khotimah Mohon Tunggu... -

Keperawatan Universitas Diponegoro (2010)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jawaban di Balik Sapaan

4 November 2010   03:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:51 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang aku hanya bisa tidur dan duduk di ranjang kamar. Hanya bisa melihat pemandangan lewat jendala. Terkadang sahabatku datang menjenguk dan hanya sekedar melihat keadaanku. Ya, keadaanku yang satu tahun terakhir mengalami ganguan hebat. Aku tau, jika aku tidak melakukannya, pasti semuanya tidak akan terjadi seperti ini. Sudah, aku tidak bisa lagi menyesalinya. Yang lalu sudahlah berlalu. Biarpun aku menyesal, toh tiada gunanya lagi. Tapi kenapa sering kali aku mengingat kejadian itu. ya kejadian satu tahun kemarin.

Disaat malam aku ditemani oleh beribu bintang dan satu bulan yang memancarkan cahaya manisnya. Sedangkan siang, matahari menerangiku dalam kegelapan kamar tidur dan memberikan semangat kepadaku. Hembusan angin itu memasuki ketubuhku hingga menembus tulang rusuk ku. Memberikan rasa dingin yang sangat saat tubuh ku lemah dan kaku.

Kejadian yang sangat membuatku shock. Hanya karna terjatuh dari sepeda Motor aku harus kehilangan kaki kanan ku. Sedangkan kaki kiriku mengalami kanker tulang akibat dilindas oleh Feso (Truk besar). Apakah yang terjadi. Ketika aku melawan kata-kata ibu, disaat itulah aku terbanting dalam keadaan yang luar biasa.

Ibu dan bapak sangatlah menyayangiku. ketika aku meminta untuk dibelikan sebuah motor baru, bapak dengan baik hati membelikannya untuk ku. Aku tau perjuangan bapak membelikan motor sangatlah luar biasa dengan meminjam uang di Bank. Tapi, saat itu aku tidak menyadarinya. Saat itu mata hatiku ditutupi oleh hasutan-hasutan. Teman-teman pun selalu memberikanku ejekan jika aku tidak segera mempunyai motor. Joni, dia ketua geng ku. Agar aku bisa bergabung dengan dia, syaratnya aku harus mempunyai motor. Sehingga dengan sedikit memaksa aku menyuruh ibu dan bapak untuk membelikan ku motor.

Motor baru dengan merek Jupiter MX pun di keluarkan dari toko. Tentu rasa senang itu melebur jadi satu di dalam hati ku. Saat itu aku tidak sabar lagi untuk megendarainya. Padahal kondisiku saat itu, aku baru saja latihan mengendarai motor.

***

Sore haripun tiba. Rombongan gengku datang untuk melihat motor baruku. Mereka mengajakku untuk mengikuti acara jalan-jalan ke pantai. Dan tawaran itupun aku iya kan. Saat aku ingin keluar, tiba-tiba ibu menyapaku untuk tidak pergi mengikuti Joni. Karna ibu tidak suka melihat aku berteman dengan Joni. Tapi pikiranku berbeda dengan ibu. Justru aku merasa bangga berteman dengan Joni. Karna Joni adalah anak yang menguasai sekolaku. Tapi hatiku sangat keras membatah kata-kata ibu. Langsung dengan kencang aku mengendarai motor melaju besersama teman-teman.

Melihat Teman-teman yang mengendarai motor dengan kencang, akupun ter pancing untuk mengikutiya. Saat dijalan, aku bersama teman-teman saling ngebut-ngebutan. Entah kenapa perasaanku diatas motor tiba-tiba merasa tidak enak. Karna aku gelisah diatas motor dan aku tidak bisa konsen mengendarai motor dan akhirnya akupun tidak bisa mengendalikannya. Dan aku jatuh terbelanting di aspal. Sedangkan dibelakangku terdapat Feso yang mengangkut barang-barang melaju dengan kencang. Dan kakiku yang berada di tengah jalan terinjak oleh ban mopil Feso. Dan akhirnya aku jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri. Inilah jawaban dari apa yang ditegur oleh ibu. Jawaban dibalik sapaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun