Dulu, aku ingat caramu datang kepadaku. Bintang-bintang berbaris rapi mengikutimu dari belakang. Untuk pertama kalinya aku melihat lelaki yang diikuti bintang-bintang. Langkahmu yang kecil-kecil dan tidak tercampur keraguan, di jejak kakimu timbul daun-daun dan di setiap daunnya tumbuh sekuntum bunga. Untuk pertama kalinya aku melihat jejak kaki manusia yang begitu indah. Bulan tak ada di langit, ia seperti tengah menyusup dalam diriku sebab kecemburuannya.
Lalu bagaimana aku tidak akan merasa bahwa semesta seperti sudah lama menanti pertemuan kita dan segala jenis kehidupan seperti merestui adanya kita bersama. Namun yang sebenarnya terjadi adalah aku yang mengadakan segala hal indah itu. Kau datang dengan biasa-biasa saja seperti orang pada umumnya datang, dan pergi suatu saat nanti seperti seharusnya.
Tapi aku menemukan banyak hal baik, hal-hal kecil yang berubah menjadi megah ketika ada kau disana. Aku merasa seperti bertemu tempat yang begitu hangat, membuatku mengantuk setiap saat. Nyatanya aku hanya ingin tertidur lelap dan menghabiskan waktu dalam mimpi indah tentang dirimu. Sebenarnya Hal-hal indah itu hanya aku yang mengadakannya dan aku menjadikanmu tokoh utama tanpa persetujuanmu.
Tapi segalanya ini nyata, hanya aku jatuh terlalu jauh dalam pengharapan dan aku terlalu cantik dalam mengabadikan segalanya tentangmu. Lelaki, Mengapa kita kerapkali merasa nyaman berada di tempat yang bukan milik kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H