Mohon tunggu...
Andreas Lucky Lukwira
Andreas Lucky Lukwira Mohon Tunggu... wiraswasta -

mantan ketua angkatan, mantan kasir, mantan calo tiket sepakbola, mantan reporter tabloid kecantikan, mantan kernet Mayasari, mantan kordinator operasi bis malam....sekarang calo bis pariwisata plus EO tour kecil2an pengasuh akun @NaikUmum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terus Maju dan Berkembang TMII

2 April 2015   17:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Taman Mini Indonesia Indah. Bagi semua orang TMII adalah tempat wisata. Bagi sebagian orang, yang lebih mengerti TMII, maka TMII adalah sebuah miniatur Indonesia sekaligus harta karun budaya Indonesia.

Namun bagi saya, Andreas Lucky Lukwira, TMII merupakan sebuah cerita hidup. Disinilah saya merasakan masa kecil, beranjak remaja, dewasa hingga menemukan pasangan hidup di TMII. Dan bahkan sampai saat ini saya masih bercengkerama dengan TMII.

Diberkati Langsung Oleh Paus

Dimulai saat saya masih kecil. Orang tua saya sejak 1987-1991 mengontrak di Kampung Dukuh, yang hanya terpisahkan tol Jagorawi dengan TMII. Papa-mama saya sering mengajak saya kecil ke TMII.  Waktu itu wahana yang sering saya naiki KA Mini, Aeoromovel, dan Kereta Gantung.

Namun TMII yang paling berkesan menurut saya adalah saat kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia tahun 1989. Pada waktu di Jakarta, Paus mengadakan misa Kudus di Gelora Senayan (saat ini Gelora Bung Karno) dan di Gereja St. Katarina TMII.

Peristiwa unik ini diceritakan 9 tahun kemudian (1998) oleh papa saya beberapa bulan sebelum beliau wafat di Maret 1999. Saat itu saya kecil digendong papa ke pinggir jalan raya TMII (sekarang depan Museum Purna Bakti), karena untuk ikut misa ke dalam TMII sudah sangat sulit. Mengingat kapasitas gereja St. Katarina yang kecil, maka papa memilih berdiri di pinggir jalan untuk menyambut kedatangan Paus. Papa menceritakan saat mobil Paus melewati tepat depan kami, arah tangan Paus memberkati (Paus biasa menyapa umat dengan memberikan berkat Tanda Salib) mengarah ke kami.

Maka jika orang Katolik Indonesia lain menghabiskan biaya ribuan dolar untuk mendapat berkat langsung dari Paus, saya dan papa cukup terberkati dengan keberadaan TMII yang bahkan sudah dikunjungi pemimpin umat Katolik sedunia Paus Yohanes Paulus II. Kesininya, TMII merupakan tempat wisata Indonesia yang pernah dikunjungi oleh Santo (orang suci) karena Paus YP II dikemudian hari ditetapkan sebagai Santo.

Menyaksikan Perkembangan TMII

Perkembangan pertama TMII adalah mulai dibukanya beberapa museum dan wahana baru. Salah satunya museum Purna Bakti Pertiwi yang menyimpan barang-barang peninggalan presiden Soeharto. Uniknya di Museum ini, ada pula KRI Harimau yang turut menjadi Trio MTB Laut Aru bersama KRI Macan Kumbang dan KRI Macan Tutul yang tenggelam.

Perkembangan lain adalah Taman Akuarium Air Tawar. Meski tidak semegah Sea World di Ancol, tapi Akuarium Air Tawar di TMII memiliki ke-khasan yaitu koleksi ikan air tawar. Saya mengunjungi Akuarium Air Tawar salah satunya saat Hari Anak Nasional Indonesia 1996 dimana saat itu seluruh anak gratis masuk TMII.

Saya juga menikmati dihidupkannya lokomotif kuno di museum transportasi. Oia, museum transportasi ini merupakan salah 1 museum yang ‘wajib’ saya kunjungi tiap ke TMII. Entah mengapa saya selalu takjub dengan koleksi museum ini.

Perkembangan TMII sempat stagnan disaat reformasi dimana TMII sempat kehilangan induknya. Meski begitu, perlahan TMII bangkit dengan kembali berkembangnya beberapa museum dan beberapa wahana. Malahan sekarang TMII terlihat sangat terawat baik kebersihan maupun keindahan.

TMII Sebagai Kehidupan

TMII memiliki beberapa situs yang sebenarnya lebih dari sekedar situs tampilan. Diantaranya rumah ibadah, anjungan dan museum. Beberapa anjungan daerah membuka kursus menari dan budaya untuk masyarakat umum. Jadi selain diisi oleh seniman tamu, beberapa anjungan sebenarnya sudah siap ‘stok’ seniman untuk mempertunjukan budaya sesuai daerah asal anjungan tersebut.

Untuk museum, salah satu ‘museum hidup’ adalah Museum Olahraga. Penulis sempat terdaftar sebagai member fitness di museum tersebut. Selain fitness, museum Olahraga menyediakan sarana tenis dan senam (aerobik) yang bisa dipergunakan member maupun pengunjung. Pada hari-hari tertentu museum ini juga menyelenggarakan senam irama yang bisa diikuti oleh pengunjung umum.

Rumah ibadah di TMII sangat lengkap. Penggagas TMII, Ibu Tien Soeharto, tampaknya orang yang sangat mengerti keberagaman. Hanya di TMII ada Masjid, Gereja Katolik, Gereja Protestan, Pura Hindu, Kuil Budha, Klenteng Kong Hu Chu dan Sasana Aliran Kepercayaan bisa berdiri berdampingan. Hebatnya semuanya berfungsi!!

Masjid Diponegoro rutin mengumandangkan adzan 5 waktu dan menyelenggarakan solat Jumat. Gereja Protestan Haleluya pun dipakai oleh Jemaat berbagai aliran Protestan. Sementara Pura Hindu selalu ramai saat  hari besar dan hari ibadat Hindhu.

Gereja Katolik St Katarina sendiri sudah 12 tahun ini menjadi tempat ibadah rutin penulis. Penulis pun sempat turut menjadi pengurus Orang Muda Katolik di gereja ini. Misa di gereja ini diadakan 2 x setiap minggu pagi.

TMII Sebagai Takdir Saya

Ada beberapa hal yang tidak bisa ditebak; lahir, rejeki, jodoh dan kematian. Dan di TMII inilah saya bertemu jodoh saya. Meski sudah rutin bergereja disana sejak 2003, namun baru 2008 penulis menemukan cinta penulis.

Dan setelah sekian lama berpacaran, kami berdua memutuskan untuk menikah. TMII kami pilih sebagai tempat kami menikah. Karena di TMII pula kami bertemu, maka di TMII pula kami meresmikan cinta kami di hadapan Tuhan.

Dan sampai hari tulisan ini ditulis, saya tetap dan akan terus mengunjungi TMII.

Andreas Lucky Lukwira

Pengasuh akun @NaikUmum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun