Beberapa hari ini dunia maya dihebohkan oleh sebuah foto yang di-upload Agus Pambagyo bergambar Ignasius Jonan yang tertidur kelelahan di KA Ekonomi. Foto tersebut dianggap mencerminkan totalitas Jonan dalam memimipin KAI.
Simpati dari masyarakat luas terhadap foto tersebut mencetuskan sebuah gagasan menjadikan Jonan sebagai Menteri Perhubungan di Kabinet mendatang. Jonan dianggap mumpuni sebagai Menteri Perhubungan berdasarkan pengalamannya memimpin KAI. Tidak kurang Meneg BUMN Dahlan Iskan turut mendukung Jonan menjadi Menhub.
Harus diakui pencapaian Jonan selama memimpin KAI sangat luar biasa. KAI yang sebelumnya bukan merupakan BUMN pencetak pemasukan negara yang utama bisa berevolusi menjadi BUMN yang sangat sehat.
Kebocoran-kebocoran yang selama ini menjadi stigma KAI ditambal, misalnya penjualan tiket yang menggunakan sistem online menyebabkan calo dan ‘orang dalam’ tidak berkutik. Kesejahteraan pegawai ditingkatkan sehingga pegawai-pegawai menjadi lebih disiplin dalam bekerja, tidak berminat lagi mencari pendapatan dari penumpang. Misal masinis yang dulu terkenal suka mengangkut penumpang gelap di kabin, sekarang kabin masinis baik KA Jarak Jauh maupun KRL steril dari penumpang gelap.
Dari segi bisnis, Jonan sukses mengembangkan KAI yang tadinya hanya berbisnis di bidang angkutan penumpang menjadi sebuah BUMN angkutan plus plus. KAI di tangannya sukses mengelola segala sumber daya dan aset yang dimiliki dengan beberapa anak perusahaannya.
KRL Jabodetabek kini ditangani oleh PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ). Pembenahan terlihat jelas di era KCJ, stasiun kini steril. Penumpang gelap jangan harap bisa naik KRL tanpa karcis, bahkan petugas KAI sendiri dan anggota TNI-Polri. Aset properti KAI yang dulunya hanya menjadi objekan segelintir pegawai kini bisa menjadi sumber pemasukan sendiri, brand-brand papan sukses dirayu KAI untuk beinvestasi di area stasiun.
Jonan juga jeli melihat perkembangan bisnis. Ketika bisnis angkutan barang via jalan raya terhambat prasarana yang buruk dan banyaknya pungli, Jonan mendirikan PT KA Logistik (KALOG). Kargo via kereta api kini lebih diminati karena volume barang yang bisa diangkut lebih besar daripada pesawat, waktu tempuh yang kompetitif dan bagi pengusaha ekspedisi menggunakan kargo KA lebih hemat cost karena bebas pungli.
Kecemerlangan Jonan ini tidak lepas dari latar belakang Jonan yang merupakan lulusan sekolah bisnis di AS. Lebih dari itu, Jonan pun sempat menjabat Managing Director di CitiGroup. Tidak heran naluri bisnis dan menejemen Jonan jempolan.
Maka dengan latar belakang secemerlang itu, penulis menyampaikan, rugi besar jika mendudukan Jonan hanya sebagai Menteri Perhubungan.
Kenapa rugi besar? Karena Indonesia sebenarnya membutuhkan orang secemerlang Jonan di beberapa posisi lain yakni Meneg BUMN dan Dirut Pertamina.
Kenapa Meneg BUMN? Keberadaan Jonan sebagai Meneg BUMN dipastikan akan membuat BUMN-BUMNÂ menjadi lebih tertata. Beberapa BUMN yang selama ini malah menjadi beban negara, dipastikan akan dipacu Jonan untuk kembali menjadi sumber pemasukan negara. Contoh paling nyata adalah kiprahnya di KAI yang sukses menjadikan KAI menjadi BUMN yang menguntungkan.
Kenapa Dirut Pertamina? Pertamina sebagai BUMN yang mengelola Migas sudah seharusnya kembali berkibar di dunia Internasional. Meski saat ini kinerja Pertamina tidak buruk-buruk amat, namun alangkah baiknya Pertamina melakukan penyegaran di posisi Dirut. Lompatan besar KAI diharapkan bisa juga diterapkan di Pertamina. Dan menurut saya, Jonanlah yang bisa melakukan hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H