Mohon tunggu...
Luknia Sari Putri
Luknia Sari Putri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa ILMU KOMUNIKASI UIN SUNANKALIJAGA YOGYAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Gagasan dalam Bangku Perkuliahan

3 Desember 2013   14:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:22 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bertanya, tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet, dan papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan- Rendra, Sajak Sebatang Lisong.

Puisi tersebut memberikan refleksi pada kita tentang keadan dunia pendidikan dewasa ini, terutama pada bangku perkuliahan. Pendidikan sejatinya adalah sebuah proses dimana fikiran dan jiwa disatukan agar melahirkan sebuah gagasan yang direalisasikan dalam tindakan untuk mencapai sebuah perubahan. Namun harapan tersebut berbalik dengan realitas yang terjadi. Perguruan tinggi seakan telah menjadi sebuah pabrik, dimana mahasiswa menjadi komoditi yang di cetak sesuai keinginan kampus dan hal ini didukung oleh pemerintah sebagai badan yang melegitimasi keadaan tersebut.

Perguruan tinggi melalui  dosennya hanya menekankan mahasiswanya untuk membuat tugas, absensi minimal 75%, mahasiswa dilarang berambut panjang, harus bersepatu, dan parahnya lagi pamplet-pamflet  seperti wajib membawa STNK, helm di kunci, ujian harus membawa KTM dll, mejadi hiasan warna warni dihalaman kampus. Persoalan demikian adalah sesuatu yang tidak logis dalam logika pembelajaran karena sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah pendidikan. seharusnya kampus menjadi tempat yang kondusif sebagai ruang pembelajaran dengan mengadakan ruang-ruang diskusi sebagai upaya mencari gagasan-gagasan alternative. Pertanyaanya berapa banya pamphlet yang berisikan ayo diskusi, ayo baca buku yang di buat oleh perguruan tinggi?. Jawabanya adalah tidak ada.

Hal yang demikian adalah masalah yang menjadi krisis perguruan tinggi sebagai ujung tombak pencetak generasi bangsa. Dewasa ini dalam kampus tidak ada tradisi belajar yang berpusat pada gagasan dan persoalan. Pendidikan yang meletakan persoalan bukan sebagai masalah tekhnis melainkan soal yang mebutuhkan keterlibatan penuh untuk mengatasinya. Dan hal yang demikian menjadi masalah yang sangat akut dalam anthropologi kampus. Mahasiswa tidak diajak untuk berfikir kritis tetapi hanya diajak sebagai pemuda yang apatis dan pragmatis bahkan konsumeris.

Ketidak beradaan sebuah pendidikan kritis seperti apa yang telah menebalkan kepercayaan Bung Hatta untuk memerangi kolonialisme. Semangat yang dulu dipergunakan syahrir untuk mengerti dan memahami kecemasan para pemuda pasca proklamasi. Syahrir mengatakan, “ …….keadaan psikologis pemuda kita dewasa ini sangat tragis meskipun semangat berkobar-kobar, mereka sanagt kebingungan dan ragu-ragu karena mereka tidak mempunyai pengertian tentang potensi dan perspektif perjuangan yang mereka lakukan……”. Tidak ada penjelasan lain kecuali kecemasan syahrir mengenai anak-anak muda yang rapuh tanpa mengetahui situasi yang sedang di hadapinya. Sebauh cerminan yang sama dengan keadaan sekarang ini.

Mahasiswa sekarang dibesarkan dalam alam demokrasi tapi minim pemahaman. Dan pemahaman tersebut tak banyak di bentukkarena kampus dicemari aroma keuntungan. Kita bias melihat setiap kampus berusaha memperdagangkan diri lewat apa saja : meraih mahasiswa sebanyak-banyaknya, menempatkan banyak pendidiknya sebagai pejabat Negara hingga merebut proyek sana sini. Singkatnya, kampus telah kehilangan kukuatan sebagai pendobrak dan pengubah tetapi kampus menjelma menjadi batu loncatan untuk meraih mimpi kehidupan material yang sempit.

Para ilmuan kampus telah kehilangan misi historis, seperti memberi refleksi kritis terhadap dunia social yang berjalan sambil bergerak bersama-sama untuk terlibat dalam mengubah keadaan. Julian benda mengatakan : kampus terjebak dalam dua dimensi tragisnya : pada jangka panjang mempertahankan semangat komersial, sedangkan dalam jangka pendek berusaha terlibat secara politis dalam kekuasaan.tak mampu menempatkan kesadaran diri sebagai kelas social yang kritis maka para dosen dan mahasiswa kemudian mengemban fungsi sebagai pelayan. Melayani apa saja yang di tawarkan, seperti seorang dosen terbaikmeminpin lembaga tertinggi tetapi ditangkap karena menerima suap dan ada banyak mahasiswa yang ingin menjalani kuliah dengan keinginan menjadi pengusaha.

Singkatnya, kampus telah membenamkan hasrat mahasiswa untuk berpetualang dalam gagasan. Kuliah telah menci[ptakan siklus ganda:ketergantungan dengan gelar dan kelaziman untuk berfikir sekedarnya. Maka ritual yang paling dicemasi dan ditakuti hanya ujian. Disana kemampuan mahasiswa diadili dengan cara sembrono yaitu menjawab pertanyaan yang kunci ada pada buku. Tidak hanya itu, didapati pula aturan yang masuk kian ketat dan tak masuk akal. Maka tidak mengherankan kampus menjadi istana yang penghunianya berpakaian indah, ruanagn yang disolek semakin indah, tak boleh memakai kaos, sandal bahkan berambut panjang. Efek yang paling terasa adalah tidak adanya gagasan progresif untuk mengubah keadaan. Kuliah menjadi ritual yang penuh basa basi dimana dosen mengajarkan dengan metode standar yang sudah di atur oleh pemerintah.

Padahal pendidikan tidak akan mungkin hanya menghasilkan kepatuhan. Kampus seharusnya menjadi taman yang membiarkan mahasiswanya untuk menikmati gagasan liar. Namun yang terjadi tidaklah demikian, kampus hanya menyuntikan motivasi yang bersifat pribadi berupa lulus tercepat atau menjadi mahasiwa tebaik dalam nilai.

Jika keadaan demikian terus dibiarkan kperguruan tinggi hanya menjadi taman dimana anak-anak muda dilatih menjadi pegawai dengan mentalitas pelayan yang tidak peduli terhadap keadaan sosialnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun