Pada hari sabtu tanggal 21 Desember 2013, bertempat di teatrikal perpustakaan UIN Sunankalijaga Yogyakarta telah melaksanakan Diskusi Nasional yang pada kesempatan hari ini mengundang elemen pemerintah dalam hal ini ketua MPR RI yaitu Irjen Pol (purn) Drs. H. Sidarto Danusubroto, kemudian dari civitas akademik  Prof. Dr. H. Musya Asy’ari Selaku Rektor UIN SUNANKALIJAGA dan Dr. RB Abdul Gaffar Karim, Ph.D selaku KAPRODI Ilmu Pemerintahan UGM, Acara ini dibuka pada pukul 11.15 WIB yang dilanjutkan dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Selanjutnya ada beberapa hal yang disampaikan oleh Rektor UIN yang dalam hal ini diwakilkan oleh WR II Dr. H. Maksudi, MA dalam hal ini beliau memberikan amanat dan harapan terhadap generasi penerus bangsa indonesia, beliau mengatakan negara hari ini sudah menjadi tua dalam keberlangsungannya, padahal bangsa kita baru beberapa puluh tahun merdeka, karna banyak nya persoalan yang menjadi PR besar bangsa, Oleh karena itu, Untuk mengetahui persoalan harus paham dari esensinya, karna dikhawatirkan dari tema besar ini tidak mengerucut kedalam persoalan yang menjadi topik utama. "Pemimpin harus memiliki sifat-sifat rasulullah sebagai patronase dalam bertindak dalam mengambil keputusan kemudian diperkuat dengan keberanian sebagai simbol keyakinan simbol seorang pemimpin yang hari ini sangat diperlukan", tutur beliau. Kemudian acara pun berlangsung ketahapan diskusi yang merupakan acara inti dari kegiatan ini, dimoderatori oleh Fatturahman MD Â yang bekerja sebagai peneliti muda Yogyakarta.
pemaparan awal ketua MPR memberikan kesan yang luar biasa untuk para audiens, Ditahun politik pemilu ini kita harus bisa memilih pemipin yang baik bagi kita dimasa kita. Secara historis, beliau menceritakan tentang perjuangan seorang pemimpin dimasa lalu seperti seorang soekarno yang begitu luar biasa, di usia 13 tahun sudah mampu berorasi dengan baik, belum lagi hidupnya keluar masuk penjara, namun bukan faktor itu yang menjadi hambatan orang-orang besar lainya.
Jika kita menelisik lebih jauh, sebenarnya lahirnya pancasila bukan berasal dari orang biasa, para perumus memilki kelebihan yang sangat langka dimasa sekarang, tirakat nya, membacanya, sehingga lahirnya ideologi bangsa bukan berasal dari rumusan yang biasa saja. Kata beliau yang pernah menjadi kapolda, sebenarnya bangsa ini besar secara kekuatan , tetapi tidak mampu mengolah dengan baik, karna pihak asing yang pada akhirnya menguasai secara ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Kemudian ada pertanyaan yang dilontarkan beliau, Apakah bangsa ini sudah siap dengan demokrasi ? ketika para founding father merumuskan tata cara negara, mereka membuat sebuah azas musyawarah mufakat, karna alasan ketika kala itu pemahaman hukum masih lemah, ideologi belum terbangun belum mengarah dimasa itu, dan pemilihan musyawarah mufakat itu dirasa palin pas diera pra kemerdekaan, jika mengacu kepada demokrasi resiko yang dihadapkan sangat besar, secara lelucon saja politik bebas itu ongkosnya mahal.
Indonesia lahir dengan spirit NKRI, bukan federal, yang kemudian dilimpahkan kepada pihak lain, padahal begitu banyaknya perbedaan yang ada di negara ini, menjadikan begitu sulit untuk mereduksi konflik yang ada. Tetapi dengan seorang soekarno nusantara ini bisa disatukan, Saat ini bermimpilah untuk indonesia lebih baik
Kemudian pemaparan seajutnya dari Dr. RB Abdul Gaffar Karim, beliau menjelaskan ada 2 hal yang menjadi rumusan awal membaca tema besar kita kali ini : 1.Kemampuan dialog itu harus menjadi esensi pemahaman. Sehinggga kita akan paham bagaimana kita seharusnya membumikan pancasila. 2.Pengetahuan yang diketahui begitu besar sehingga pemahaman yang mendalam yang dijadikan leading habbit sebagai cara yang dilakukan oleh mereka
Itulah yang membedakan fase kita dengan fase founding father kita.
Kondisi internal bangsa yang direfleksikan dengan kondisi bangsa, kemudian bung karno membaca dan dianalisa dengan baik sehingga fase itu dikenal dengan fase akademik yaitu sumber dari bacaan, yang kedua fase realitas, yaitu membaca kebutuhan masyarakatnya, sehingga tahap yang dilakukan benar-benar mnjadi kunci jawaban yang baik. Selanjutnya pancasila diuji kepada masyarakat, diawal lahirnya sebenarnya sudah banyak terjadi pro kontra yang terjadi karna banyak nya pemahaman yang lahir dilain sisi, seperti ada sosial ekonomi, dan islam. Sebagai baro meter kebutuhan ideologi negara diawal perencanaan kemerdekaan.
Kemudian dengan cerdiknya soekarno melakukan lobying politik akhirnya keberadaan pancasila ini diberlakukan di indonesia, namun ap daya, ada proses imunisasi ideologi yang belum selesai, karna belum kelar pemahaman tapi keran imunisasi itu telh ditutup oleh pihak lain yang tidak setuju, yaitu militer, ditambah hegemoni yang dilakukan terhadap pancasila soekarno, mereka meredup dengan erat keberadaan pancasila secara ideologi mati.
Jangan jadi pemuda, yang hanya mewarisi abu, karna engkau tdak akan bisa melakukan apa-apa. Tetapi warisilah api , yang mampu menerangi disekitarmu, kutipan soekarno
Dan ditahun politik 2014, kita harus mampu merubah rumusan-rumusan yang hidup yng dilakukan oleh founding father kita terdahulu, misalkan kita ingin memahami pancasila kehidupan , kita harus mampu merealisasikan kehidupan pancasila yang hidup, bukan pancasila yang mati dengan pengkotak-kotakan. Sehingga dikhawatirkan kita hanya hidup dalam kentestasi politik saja, dan itu akan terjadi dalam spiral of silent yang berputar dalam taraf yang itu saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI