Mungkin isitilah nama santri kerap di sandingkan dengan pesantren bahkan misalkan kita mempelajari lebih dalam santri juga tidak harus di pesantren, contoh saja kita mengaji kepada kyai kampong yang mengajari kita pertama kali mengenal huruf arab dan membaca bacaan al qur’an jadi kita belajar sama kyai kampung juga disebut dengan santri. Sebagai seorang santri pastinya kita sudah taka sing lagi dengan kata “ Barokah Guru” .
Barokah dilihat dari bahsa ialah Nikmat atau juga bisa juga diartikan sesuatu yang melimpah dan banyak. Yakni, ketambahan kebaikan atau ketambahan kecerdasan yang dating dari guru kita dan cara mendapatkannya adalah ketika kita telah berbuat sesuatu kepada guru kita dengan hati yang ikhlas.
Hal inilah yang dikejar kejar para santri agar mendapatkan barokah dari sang kyai yang mereka cintai. Terkadang kita melihat seusai dari pengajian ketika para santri melihat makanan atau minuman bekas dari sang kyai mereka saling berebutan untuk mendapatkan sisa dari makanan atau minuman dari kyai tersebut dengan tujuan semoga berkah. Kadang juga kita melihat santri yang rela capek, kotor hingga terluka demi mendapatkan ridho dan berkah dari sang kyai tersebut. Seperti contohnya dulu Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari yang rela mencarikan cincin istri dari sang gurunya yaitu syekh kholil bangkalan. Ia rela menjeburkan diri ke sapiteng agar menemukan cincin milik istri dari gurunya beliau hanya semata mata karena untuk mendapatkan barokah dari sang guru tersebut.
Dari contoh kisah Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari bahwasanya barokah guru itu sangat penting dan bias dibilang wajib untuk kita cari. Karena, barokah dan ridho sang guru kelak akan menentukan sebagian hasil dari keberhasilan ilmu kita, manfaat atau tidaknya ilmu kita tergantung ridlho dari sang guru. Jangan sampai tidak ridlho nya sang guru ilmu yang kita cari dan kita perjuangkan tidak manfaat dan tidak barokah.
Maka dari itu mulai sejak dini tanamkan dalam hati kita rasa cinta yang mendalam kepada guru-guru kita dan juga ilmu-ilmu yang mereka ajarkan, ta’dlimlah kepada keluarga dan dzuriah-dzuriahnya, janganlah sekali-kali berani melawan perintahnya apalagi sampai membicarakan kejelekan-kejelekannya dari belakang, sekalipun kita tahu itu benar adanya. Karena hal-hal yang mungkin tidak kita sadari tersebut itulah yang menyebabkan ilmu kita tidak bermanfa’at.
Carilah barokah sebanyak-banyaknya dari guru kita, carilah ridhonya hingga ridho Allah akan sampai kepada diri kita. Yakinlah barokah akan datang di saat yang tepat, tepatnya ia akan datang ketika kita sudah berstatus sebagai alumni. Bagi yang tidak nyantri barokah itu bisa juga dicari dari guru ngaji kita dimanapun berada. Tidak akan ada yang tahu rencana indah yang Allah janjikan, kecuali hanya diri-Nya saja yang tahu. Wallahu a’lam bisshowwab.
(DenmasMan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H