Pengabdian Ki Hajar Dewantara di Indonesia
Pada tahun 1919 Ia kembali ke Indonesia. Ki Hajar Dewantara menerapkan konsep mengajar pada sekolah yang Ia dirikan. Semboyan terkenal yang merupakan gagasannya dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa. Pun dalam sistem pendidikan Indonesia sampai saat ini melekat semboyan tersebut.Â
Pada masa pemerintahan Presiden Indonesia yaitu Soekarno, Ki Hadjar diangkat sebagai Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama. Pengangkatannya pada tahun 1956. Lalu, pada tanggal 19 Desember 1956, ia juga mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada.Â
Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Pertanyaan reflektif di atas akan membuka perspektif kita untuk memaknai sejarah secara mendalam. Jauh-jauh hari, Ki Hajar Dewantara telah merumuskan ide untuk pengembangan pendidikan di Indonesia.Â
Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim menyegarkan kembali ingatan kita akan sosok Ki Hajar Dewantara. Pemikiran Ki Hajar Dewantara kini diterjemahkan ke dalam program-program yang konkret untuk pengembangan pendidikan Indonesia.Â
- Kodrat keadaan yang terdiri dari kodrat alam dan jaman. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Ki Hajar Dewantara memandang pengembangan pendidikan harus melihat kebutuhan, bahwa ada korelasi kodrat diri anak dengan kodrat zaman.Â
- Asas Tri – Kon; yaitu Kontinuitas artinya kita harus bergerak dan berpikir maju ke depan tanpa melupakan sejarah dan tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki yang dimiliki oleh bangsa indonesia. Ki Hajar Dewantara menekankan pelestarian kebudayaan. Asas konvergensi, artinya pendidikan itu harus berasaskan memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Asas konsentris, pendidikan harus menghargai keragaman dan memerdekakan pembelajaran, setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing.Â
- Prinsip budi pekerti: budi itu mencakup, rasa dan karsa. Dalam mengolah cipta atau pikiran untuk menajamkan pikiran. Â Pekerti atau tenaga, dengan olah raga/ olah tenaga untuk memperkuat jasmani.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H