Mohon tunggu...
Lukmanul Haqim Sulaeman
Lukmanul Haqim Sulaeman Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Akuntansi

Hi there! I’m Lukmanul Haqim Sulaeman, a soon-to-be accounting graduate with a strong interest in auditing. In my free time, I enjoy exploring the streets with my camera, documenting everyday life.

Selanjutnya

Tutup

Money

Generasi Muda Di Persimpangan Ekonomi Dunia: Memperbaiki Atau Mengganggu?

24 Desember 2024   03:15 Diperbarui: 24 Desember 2024   04:19 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Every time you spend money, you're casting a vote for the kind of world you want." -- Anna Lappe

Ketika membicarakan ekonomi berkelanjutan, banyak yang langsung terpikir pada perusahaan besar atau kebijakan pemerintah. Namun, generasi muda memiliki peran signifikan dalam membangun masa depan Indonesia yang berkelanjutan dan berdaya saing. Melalui optimalisasi keuangan dan inovasi, anak muda di persimpangan ekonomi global dapat berkontribusi nyata, baik secara individu maupun kolektif.

Sumber: Kemendagri
Sumber: Kemendagri

#UangKita bukan hanya alat transaksi, tetapi juga kunci perubahan; sebuah Social Movement. Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah penduduk Indonesia pada semester I tahun 2024 mencapai 282,48 juta jiwa. Populasi terbesar adalah kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang mencapai 196,56 juta jiwa atau sekitar 69,58% dari total populasi per 30 Juni 2024. Kelompok berikutnya adalah penduduk di bawah usia produktif (di bawah 15 tahun), dengan jumlah 64,83 juta jiwa atau 22,95% dari total penduduk. Sedangkan, penduduk di atas usia produktif (di atas 64 tahun) merupakan kelompok terkecil, yaitu 21,09 juta jiwa atau sekitar 7,46% dari total populasi Indonesia pada pertengahan tahun ini.

Sumber: Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
Sumber: Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)

Jika kita melihat kelompok usia produktif, jumlah angkatan kerja terbanyak ada di usia 40-44 tahun, diikuti oleh kelompok usia 35-39 tahun. Sementara itu, angkatan kerja paling sedikit berada di kelompok usia 20-24 tahun dan 15-19 tahun. Secara spesifik, jumlah angkatan kerja di usia 15-19 tahun adalah 7,36 juta orang. Untuk kelompok usia 20-24 tahun, angkatan kerjanya sebanyak 7,01 juta orang. Di kelompok usia 25-29 tahun, terdapat 11,32 juta angkatan kerja. Selanjutnya, kelompok usia 30-34 tahun memiliki 13,98 juta angkatan kerja. Untuk kelompok usia 35-39 tahun, jumlah angkatan kerja mencapai 14,58 juta orang dan di kelompok usia 40-44 tahun ada 15,09 juta orang. Kelompok usia 45-49 tahun memiliki 13,53 juta angkatan kerja, dan kelompok usia 50-54 tahun sebanyak 12,07 juta orang. Sementara itu, kelompok usia 55-59 tahun mencatat 10,44 juta angkatan kerja, dan usia 60-64 tahun sebanyak 8,07 juta orang. Dengan jumlah tersebut, langkah kecil mereka dalam keuangan dapat menjadi penggerak utama transformasi ekonomi menuju keberlanjutan.

Generasi Muda dan Pola Pengelolaan Keuangan yang Berkelanjutan

 

Sumber: Visualtoverbal.com/Doug Neill
Sumber: Visualtoverbal.com/Doug Neill

Dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel, terdapat konsep penting tentang bagaimana cara kita memandang uang dapat mempengaruhi keputusan keuangan jangka panjang. Buku ini menekankan bahwa kesuksesan finansial sering kali lebih ditentukan oleh perilaku daripada pengetahuan teknis. Hal ini relevan dengan generasi muda yang dapat mengadopsi pola pikir keuangan yang bijaksana untuk keberlanjutan ekonomi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun