Mohon tunggu...
Lukman Simaremare
Lukman Simaremare Mohon Tunggu... Musisi - Bermain musik

Bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peran Bank Sentral Dalam Mengatasi Ketimpangan Ekonomi

14 Oktober 2024   00:40 Diperbarui: 14 Oktober 2024   00:40 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ketimpangan ekonomi adalah salah satu masalah paling mendesak yang dihadapi banyak negara, termasuk Indonesia. Ketimpangan ini tidak hanya berpengaruh pada kesejahteraan sosial, tetapi juga pada stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral, memiliki peran krusial dalam mengatasi ketimpangan ini melalui berbagai kebijakan dan program yang mendukung inklusi dan pemerataan ekonomi.

Salah satu instrumen utama yang digunakan BI untuk mengatasi ketimpangan ekonomi adalah kebijakan moneter yang inklusif. Melalui kebijakan suku bunga dan pengaturan likuiditas, BI berusaha menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif bagi semua lapisan masyarakat. Sebagai contoh, penurunan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate pada tahun 2021 menjadi 3,50% bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan akses permodalan, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kebijakan ini diharapkan dapat merangsang investasi dan penciptaan lapangan kerja, yang pada gilirannya akan mengurangi ketimpangan ekonomi.

BI juga aktif dalam mempromosikan inklusi keuangan, yang merupakan kunci utama dalam mengatasi ketimpangan ekonomi. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 76,19%. Namun, masih ada kesenjangan akses ke layanan keuangan di antara berbagai kelompok masyarakat. BI telah meluncurkan berbagai program untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah program Layanan Keuangan Digital (LKD) yang bertujuan untuk meningkatkan akses keuangan di daerah-daerah terpencil dan terisolasi. Dengan adanya LKD, masyarakat di pelosok Indonesia dapat menikmati layanan keuangan yang sebelumnya sulit dijangkau.

Selain itu, BI juga mendorong penggunaan teknologi finansial (fintech) sebagai cara untuk memperluas akses keuangan. Salah satu inisiatif penting adalah penerapan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) yang memungkinkan semua jenis pembayaran digital dapat dilakukan dengan satu standar kode QR. Hingga akhir 2021, lebih dari 10 juta merchant di seluruh Indonesia telah mengadopsi QRIS, termasuk UMKM. Penggunaan QRIS membantu UMKM untuk meningkatkan efisiensi dan akses pasar, serta memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi. Ini adalah langkah besar menuju inklusi keuangan yang lebih luas dan berkeadilan.

Program lain yang mendukung pengurangan ketimpangan ekonomi adalah penguatan sektor UMKM. BI menyediakan berbagai skema pembiayaan dan dukungan teknis untuk UMKM agar mereka dapat berkembang dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional. Misalnya, melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), BI bekerja sama dengan perbankan untuk memberikan kredit dengan bunga rendah kepada UMKM. Pada tahun 2020, realisasi KUR mencapai Rp 198,53 triliun, yang memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan UMKM di Indonesia.

Tidak hanya itu, BI juga terlibat dalam upaya pengembangan ekonomi daerah melalui Program Pengembangan Ekonomi Lokal (P2EL). Program ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh wilayah Indonesia dengan memanfaatkan potensi lokal. Salah satu contohnya adalah pengembangan klaster ekonomi yang menggabungkan berbagai sektor usaha di suatu daerah untuk menciptakan sinergi dan peningkatan nilai tambah. Dengan pendekatan ini, diharapkan daerah-daerah yang sebelumnya tertinggal dapat berkembang lebih cepat dan mengurangi ketimpangan dengan daerah lain yang lebih maju.

Selama pandemi COVID-19, peran BI dalam mengatasi ketimpangan ekonomi semakin terlihat. BI mengambil berbagai langkah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok rentan. Salah satu kebijakan penting adalah pelonggaran kebijakan makroprudensial, seperti penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) dan pemberian stimulus moneter. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas di perbankan sehingga mereka dapat memberikan kredit kepada sektor-sektor yang paling terdampak oleh pandemi. BI juga aktif dalam mendukung program pemulihan ekonomi nasional yang dijalankan oleh pemerintah, termasuk pemberian bantuan sosial dan subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Ketimpangan ekonomi memang merupakan tantangan yang kompleks dan membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Bank Indonesia, melalui berbagai kebijakan dan programnya, berusaha untuk menciptakan kondisi ekonomi yang lebih inklusif dan merata. Dengan kerja keras dan kolaborasi antara BI, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan ketimpangan ekonomi dapat ditekan dan kesejahteraan bersama dapat terwujud.

Dengan begitu banyak inisiatif yang dilakukan, peran BI dalam mengatasi ketimpangan ekonomi sangatlah vital. Mulai dari kebijakan moneter yang inklusif, promosi inklusi keuangan, dukungan terhadap UMKM, hingga program pengembangan ekonomi lokal, semuanya berkontribusi pada upaya menciptakan ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. Mari kita dukung bersama upaya-upaya ini untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun