[caption id="attachment_199852" align="aligncenter" width="363" caption="Jokowi Ahok | sumber foto: Republika co id"][/caption] Pemilukada DKI Jakarta Tahun ini banyak history dan pelajaran yang bisa kita ambil sisi baiknya untuk tahun –tahun kedepannya, yang mana semua mengharapkan adanya pemilukada yang Bersih, Sehat dan Damai, tapi tahun ini atmosfir politik begitu sengit dan panas. Hampir semua elemen masyarakat yang tadinya tidak begitu peduli dengan Pemilukada DKI Jakarta, saat ini mau tidak mau masyarakat mengawasi dan mengikuti perkembangan dari pasangan kedua calon Gubernur dan calon wakil Gubernur DKI Jakarta. Pasangan nomer urut 3 yang pada putaran pertama lebih mendominasi dari pasangan Fauzi- Nachrowi, seakan sudah berbesar hati pada putaran kedua kali ini, sikap-sikap tersebut sudah di perlihatkan dari pasangan Jokowi- Basuki dengan berbagai acara pecitraanya untuk tetap mencari simpatik warga Jakarta. Dari sumber ini menyebutkan Tim Jokowi- Basuki pada putaran kedua kali ini menargetkan 80 persen suara pemilih, tapi menurut pengamat politik UNPAR Bandung , Asep Warlan Yusuf. Target tersebut tidak realistis, kelewat Besar. Karena Tidak gampang mendapatkan 80 persen. Terlalu Pede, Overconfidence sama dengan arogan. Belum lagi arogansi Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) pasangan dari Jokowi yang baru-baru ini, mengenai statemen dalam acara debat kandidat calon gubernur di studio Metro TV lalu, Peryataannya adalah “….bahwa manajemen busway di DKI Jakarta dikelola seperti manajemen Warteg….” Pernyataan tersebut secara tidak langsung melecehkan Pengusaha Warteg yang ada di Jakarta. Menurut sumber ini Ketua Penasehat Koperasi warteg jaya, Slamet Raharjo. Ia mengatakan seharusnya Ahok bersikap bijak dan arif tidak seenaknya melontarkan statemen, yang jelas kami merasa kecewa seakan-akan manajemen warteg buruk, dianggap rendahan, kelas bawah dan seakan tidak berkualitas. Menurut Slamet, ucapan tersebut bernada sentiment dan bernada sinis menunjukan sikap arogansi, kesombongan dan keangkuhan seorang Ahok. Problematika Pemilukada DKI Jakarta mengenai SARA sudah mereda, sekarang muncul lagi dari media social “ Twitter” oleh pendukung Jokowi-Ahok yang memaki-maki dengan hinaan dan cibiran kepada Ustadz Yusuf Mansyur di account Twitter-nya. karena ungkapannya mengenai “ Pemimpin Amanah” . beberapa Twiit yang saya dapatkan dari sumber ini atas respon account pembela Jokowi-Ahok kepada ustadz Yusuf Mansyur:
@kurawa: tapi ingat tad substansi&timing anda bcr spt itu jgn pikir kita ini bodoh". Yusuf hanya menjawab "wooo... Maaf ya. Maafin saya. Ga mikir gitu koq".
@asbabul_junub: Ente dibayar berapa sama Foke? ustad abal2 ente nih". Kemudian dijawab dengan santai "(Maksudnya? Saya paham, pasti ttg tweet saya ya? Itu universal Pak)," balas YM sebutan nama Yusuf Mansyur
Dari sumber ini mengatakan, Ustadz Yusuf Mansyur mengaku netral dalam pemilukada DKI Jakarta, beliau pun mengutarakan kepada wartawan "Jadi awalnya saya nge-tweet soal akhlak, akhlak menjadi seorang pengusaha. Nah, saya menyarankan kalau mau jadi pengusaha jangan jadi pengusaha yang cacat,” Sedangkan arogansi Jokowi terlihat pada debat kandidat yang disiarkan secara live di Metro TV, Menyebutkan dalam programnya nanti apabila terpilih menjadi Gubernur, Gubernur hanya perlu berada di kantor selama 1 jam saja sudah cukup, sedangkan untuk masalah kerjaan diserahkan kepada wakilnya dan staf bagian bidangnya masing-masing. Jokowi juga membuktikan dirinya sebagai orang yang ambisius. Menjawab pertanyaan Fauzi Bowo tentang konflik bathin dirinya sebagai walikota Solo tapi kini mencalonkan diri di Jakarta, Jokowi menjawab: "Masa harus di Solo terus, karir politik harus naik." Jawaban ini menunjukkan pencalonan Jokowi untuk kepentingan karir politiknya, bukan untuk pengabdian. Dan pada akhirnya pernyataan Jokowi yang membuka kotak pandoranya sendiri. Selama ini dia menutup-nutupi dengan kata-kata merakyat, dan dekat dengan rakyat. Semuanya kembali kepada anda sendiri sebagai warga Jakarta yang Cerdas, untuk menentukan mana yang layak untuk memimpin Jakarta. Jangan sampai salah pilih, karena suara anda Hari ini sangat menentukan Jakarta lima tahun ke depan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H