Mohon tunggu...
Lukman Bin Saleh
Lukman Bin Saleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru Madrasah Aliyah NW Sambelia- Lombok Timur FB:www.facebook.com/lukmanhadi.binsaleh

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Di Lombok: SMS Membantai Pemulung, Tukang Obat, Pengumpul Sumbangan, dan Orang Jalan-Jalan

24 Oktober 2012   22:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:26 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Minggu dan Senin yang lalu benar-benar menjadi hari pembantaian di Lombok. Lima orang di lokasi dan tempat berbeda dibantai dengan cara di luar prikemanusiaan. Mereka dikejar, setelah tertangkap kemudian dihajar dengan benda keras dan benda tajam. Tubuh mereka ditelanjangi, Wajah mereka dihancurkan, usus dikeluarkan, tubuh mereka dilumat.

Meregang nyawa bukan menjadi alasan pembantaian dihentikan. Mayat mereka diseret-seret, kemudian dibakar layaknya singkong. Nyaris tidak berbentuk lagi. Tidak berhenti sampai disitu vidio dan poto proses pembataian itu kemudian disebarkan. Tidak perlu menunggu waktu lama dalam hitungan jam peristiwa itu dapat ditonton oleh masyarakat se-pulau Lombok di HP atau laptop. Entah bagaimana perasaan anak, istri dan orang tua mereka yang menjadi korban. Menonton adegan yang binatang-pun tidak akan memperlakukan mangsanya seperti itu.

Lalu apa sebenarnya yang mendorong massa kalap dan lupa diri. Ini tidak terlepas dari SMS tentang isu penculikan beberapa waktu sebelumnya. SMS itu seolah-olah dikirim oleh pihak kepolisian sebagai peringatan kepada masyarakat bahwa sedang marak kasus penculikan. Ada sindikat penculik yang mencari korban 400 orang untuk diambil organ tubuhnya.

Masyarakatpun termakan dengan isu ini. Dimana-mana orang asing yang mencurigakan diintrogasi. Bagi yang bernasip mujur sukur bisa diamankan oleh polisi. Bagi yang lagi sial tamatlah riwayatnya sampai disitu.

Lalu benarkah isu penculikan tersebut?. Berkali-kali polisi menjelaskan baik oleh Mabes Polri, Polda, Polres dan Polsek, tidak ada satupun kasus penculikan di Lombok. Tidak ada orang tua yang melapor kehilangan anak. Tidak ada orang yang melaporkan kehilangan anggota keluarga. SMS tersebut benar-benar SMS sesat yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Tapi media ikut berperan dalam menyebar isu ini. Contohnya berita di Trans7 yang mewawancarai salah seorang warga kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Ibu itu mengaku dua orang anaknya hampir menjadi korban penculikan tiga orang bercadar. Dia mengaku sempat berjibaku dengan tiga orang tersebut hingga mereka melarikan diri setelah ibu tersebut berteriak. Setelah ditelusuri oleh polisi ibu itu ternyata membual. Dia terobsesi oleh isu penculikan yang beredar. Kejadian sebenarnya adalah anak sang ibu pergi ke kebun buang air. Kebetulan di rumahnya tidak ada WC. Tiba-tiba ada orang lewat. Si anak terkejut dan berlari ketakutan. Kejadian inilah yang didramatisir oleh sang ibu.

Cerita-cerita tentang anak yang hampir menjadi korban penculikan terdengar di desa-desa. Kesaksian merekapun meyakinkan seolah-olah peristiwa itu dialami langsung. Tema ceritanya sama, hanya ada modifikasi sedikit. Bahwa di desa A, B, C, D si anu hampir menjadi korban penculikan.

Masyarakat telah terlanjur termakan oleh isu tersebut. Sulit menyadarkan mereka bahwa isu itu tidak benar. Walau dijelaskan di berbagai media, disebarkan himbauan oleh polisi dan Pemda, diserukan dari masjid-masjid, diumumkan di desa-desa, dusun dan RT hanya sebagian saja yang kembali sadar. Lainnya tetap tegang dan melakukan razia di kampung masing-masing.

Sisi lain, setelah korban tewas yang 5 orang terindentifikasi terkuaklah latar belakang mereka masing-masing. Mereka betul-betul orang-orang yang tidak bersalah dan tidak ada sangkut-pautnya dengan penculikan. Dua diantara mereka sepupu-an dan hanya penjual minyak gosok keliling. Saking rusaknya jasad mereka sampai-sampai orang tua mereka pasrah untuk menguburkan jasad yang mana saja. Toh mereka masih berkeluarga, walau jasad yang satunya akan dikuburkan di Lombok dan satunya lagi di Bima. Mereka meninggalkan anak-anak yang masih duduk di bangku TK dan istri yang sedang mengandung. Sebelumnya mereka melepas ayah mereka, suami mereka untuk mencari nafkah dan  beberapa saat kemudian yang pulang hanyalah jasad orang tercinta dengan kondisi mengenaskan.

Seorang korban adalah pemulung yang mengumpulkan barang-barang bekas. Dia dicurigai karena berkeliaran membawa karung dan mengagetkan anak yang sedang bermain. Satunya lagi seorang mualaf pencari sumbangan. Dia dicurigai karena sedang solat di masjid yang banyak anak-anak bermain di situ. Satunya lagi orang yang sedang jalan-jalan. Dia dicurigai karena mengendarai mobil avanza. Sungguh di luar akal sehat.

Inilah SMS berantai yang telah berhasil membuat sebagian masyarakat Lombok berperilaku sekejam binatanag. Bukan binatang, tapi iblis yang haus darah:

“Agar berhati2..dari Kapolres Mataram..ini kejadian yang nyata dan jangan diremehkan.Mereka mencari korban sebanyak 400 orangtua,muda,dan juga anak-anak untuk mengambil alat/organ tubuh korban...ciri2 org tersebut memakai mobil avanza DH 1857,satria hitam DH 1011,mtor Revo merah DH 3838,,,Mio Merah pengendaranya bertato penuh badan,,ciri yang sangat menonjol adalah tato kawat duri,dan sudah ada korban di Praya dan sampe malam ini disegala penjuru yang bersangkutan masih banyak yang lagi diburon dan yang sudah ditangkap...”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun