Namun Syarif terus memberikan alasan untuk membataknnya, dia tahu alasan Datuk Bahar memaksanya.
"Kenapa kalian terus menolak? padahal ini adalah tawaran yang bagus," ujar Datuk Bahar dengan nada agak kesal dan jenuh menghadapi mereka.
"Sekali lagi saya tekankan bahwa desa kami tidak membutuhkan tawaran tersebut," tegas Syarif.
Tak di sangka pernyataan Syarif membuat Kepala Desa Pedalaman murka. Tidak terima dengan jawaban mereka, Datuk Bahar langsung mengambil keris pusaka miliknya dan melukai Syarif. Untnung saja Syarif pandai ilmu bela diri, dia berhasil menghindar. Justru sebalinya, tanpa disadari Datuk Bahar malah melukai dirinya sendiri ketika menyerang Syarif.
Darah segar mengalir dari tubuhnya, Datuk Bahar meringis keasakitan. Suara teriakannya terdengar sampai ke penjuru desa. Orang-orang datang berlarian menghampirinya, alanghkah terkejutnya mereka saat melihat keadaan Kepala Desa mereka terkulai lemas di lantai. Mereka berbondong-bondong membantu Datuk Bahar.
"Apa yang kalian lakukan padanya?" teriak seorang warga desa yang membantu Datuk Bahar.
"Kami tidak melakukan apa pun!" jawab Syarif, melihat keadaan Datuk Bahar membuatnya panik. Padahal mereka tidak melukainya, justru sebaliknya.
"Padahal kami menyambut kalian dengan baik, apa ini balasannya?" bentak warga lainnya.
"Dia ingin membunuhku. Mereka orang-orang jahat, aku ingin mereka dihukum mati!" kata Datuk Bahar, padahal wajahnya sudah mulai memucat tapi dia masih sanggup berbicara.
"Apa maksudmu? Justru kau yang memulainya!" kata Ali mencoba meyakinkan warga desa.
"Mereka berbohong!" ucap Datuk Bahar dengan tegas.