Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... wiraswasta -

Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan,menggoda marabahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat di sangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup dan terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai dan berpencar ke arah yg mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana,menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin,dan menciut di cengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup ! Ingin merasakan sari pati hidup. http://www.bisnisspeed.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dendam Materi "Stop......

18 Juli 2011   06:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Era tahun 90’an Indonesia banyak melahirkan putra-putri bangsa dari latar belakang ,suku,agama,yang berbeda-beda, Naluri “APATIS” berperan demi memuluskan putra dan putri mereka untuk dapat dibanggakan duduk disalah satu kursi PNS, yah…bukan suatu yang labil jika sifat dehumanisme berperan lebih obyektif merasuki orang tua yang ingin melihat anaknya berhasil,sawah terjual,tanah dilepas,tabungan ludes,rumah digadai demi sebuah keberhasilan yang menciptakan BOMERANG yang berputar tak ada habisnya, itulah dendam materi….yang ditanam jauh kedalam otak seperti DOKTRIN “kebenaran”keluar dari mulut orang tua yang mengharuskan anaknya SUKSES “kami telah berkorban banyak untuk kamu anakku dan selayaknya mendapat balasan yang setimpal” mungkin kata ini yang banyak tersirat dari mulut mereka, yang mencetak “Doktrin balas budi” ataukah penyakit masyarakat yang dikenal sebagai patologi sosial…..!!

Bukan hal yang tabu jika para apatur Negara kita menciptakan “siklus Rantai makanan” baik itu dibidang pemerintahan,Kesehatan,Peradilan,HUKUM,Birokrasi,TNI/POLRI dll , telah tercipta lubang “HITAM” yang terus menerus menelan korban dari “BUDAYA” dendam materi yang telah ditanam jauh sebelum mereka sukses….lantas apa yang terjadi dan akibatnya….:

1.)Budaya “balik modal “ yaitu suatu upaya yang terkonsentrasi untuk mengembalikan pengorbanan dari orang tua mereka dalam betuk materi :

akibat = kinerja yang bercabang (penghasilan terselubung) melahirkan pebisnis baru dalam lingkup kerja mereka dimana tanggung jawabnya pad tugas yang di emban tidak maksimal.

2.)Budaya “Cari untung” yaitu suatu upaya setelah fase pengembalian modal tercapai maka hitungan ini akan merasuki para pekerja/pegawai dinegri dimana ia akan melakukan segala hal yang bersifat PRAGMATIS dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan,kepatutan,dan aturan-aturan yg ada akan dikaburkan :

akibat = 1.melahirkan pergolakan batin antara tanggung jawabnya sebagai karyawan dan sebagai manusia yang belum merasakan kebahagiaan materi, dapat memicu perbuatan negatif yang sangat merugikan (akar dari KKN),2 . pendapatan NON JOB berupa fee,gratifikasi,sogok,coangan dll

3).“Tabungan masa depan” adalah suatu upaya “penDOKTRIAN”seperti yg mereka dapatkan dahulu kepada anak-anaknya akan ditularkan dengan embel-embel yang lebih fasih,(HUKUM MATA RANTAI) bahwa sebagai orang tua ia rela merongoh kocek setebal-tebalnya demi anaknya agar dapat duduk dibangku atau bekerja sekolah/ UNIVERITAS/instasi ternama demi keberhasilan walaupun tanpa keahlian :

akibat : melahirkan pekerja NOL besar dan tak tau apa2 sering kita jumpai diberbagai instansi pemerintah, lantas penggelebungan karyawan meledak beban APBN meningkat, TIM AHLI pun dibuat untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas, akibat ketidak berdayaan karyawan menghadapi perkembagan pengetahuan dan tehnologi,........sungguh suatu IRONI yang memilukan dan memalukan...... inilah wajah negri kita…..!!!!

Salam moga berharga

Lukmanul hakim

Sosiolog From UNSA

MY blog

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun