Rasio aspek 2:1, juga dikenal sebagai format "Cinemascope" atau "Scope", menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di dunia sinema digital. Rasio aspek ini memiliki rasio lebar-ke-tinggi 2:1, artinya untuk setiap dua satuan lebar, ada satu satuan tinggi. Sebagai perbandingan, format anamorphic biasanya memiliki rasio aspek yang lebih luas, seperti 2,35:1 atau 2,39:1. Sementara format anamorphic telah populer di masa lalu, ada beberapa alasan mengapa rasio 2:1 menjadi pilihan utama dalam pembuatan film modern.
Pertama, rasio aspek 2:1 memberikan bingkai yang lebih seimbang dan simetris, yang bisa sangat efektif pada jenis bidikan tertentu, seperti bidikan lanskap. Rasio aspek ini memberikan bidang pandang yang lebih luas daripada format layar lebar tradisional 16:9, sambil tetap mempertahankan tingkat simetri dan keseimbangan yang dapat hilang dalam format anamorphic. Hal ini memungkinkan pembuat film untuk membuat bidikan yang lebih menyenangkan secara visual dan imersif yang masih terasa membumi dan terstruktur.
Kedua, rasio aspek 2:1 lebih fleksibel dan mudah beradaptasi daripada format anamorphic. Lensa anamorphic biasanya digunakan untuk menangkap bidang pandang yang lebih luas dengan meremas gambar secara horizontal, yang kemudian dilepas dalam pascaproduksi untuk mencapai rasio aspek yang lebih luas. Proses ini dapat menjadi rumit dan memakan waktu, dan juga dapat menghasilkan kualitas gambar yang lebih rendah. Sebaliknya, rasio aspek 2:1 dapat dicapai tanpa menggunakan lensa anamorphic, sehingga pembuat film dapat dengan mudah beralih di antara rasio aspek yang berbeda dan merekam dalam format yang berbeda tanpa mengorbankan kualitas atau efisiensi.
Ketiga, rasio aspek 2:1 lebih cocok untuk teknologi layar modern. Karena semakin banyak penonton yang menonton konten di TV layar lebar, laptop, dan perangkat seluler, rasio aspek 2:1 memberikan kesesuaian yang lebih baik untuk layar ini daripada format anamorphic. Hal ini memungkinkan para pembuat film membuat konten yang dioptimalkan untuk kebiasaan menonton modern, memastikan karya mereka terlihat bagus di berbagai perangkat dan platform.
Terakhir, rasio aspek 2:1 lebih hemat biaya daripada format anamorphic. Lensa anamorphic bisa mahal untuk disewa atau dibeli, dan membutuhkan pengetahuan dan peralatan khusus untuk digunakan secara efektif. Sebaliknya, rasio aspek 2:1 dapat dicapai dengan menggunakan lensa standar dan perlengkapan kamera, menjadikannya pilihan yang lebih mudah diakses dan hemat biaya bagi para pembuat film.
Ada beberapa kelemahan potensial dan keterbatasan penggunaannya dalam pembuatan film modern. Yaitu
- Ketersediaan terbatas: Lensa anamorphic lebih langka dan mahal daripada lensa spherical, yang berarti lensa tersebut mungkin tidak tersedia atau terjangkau untuk semua pembuat film. Hal ini dapat mempersulit produksi yang lebih kecil atau independen untuk mencapai tampilan anamorphic yang mereka inginkan.
- Opsi focal lenght terbatas: Lensa anamorphic biasanya hanya tersedia dalam rentang panjang fokus terbatas, yang dapat membuatnya lebih sulit untuk mencapai pembingkaian atau komposisi yang diinginkan dalam bidikan tertentu. Ini bisa sangat menantang di lingkungan pengambilan gambar yang serba cepat atau tidak dapat diprediksi di mana mungkin tidak ada waktu untuk mengganti lensa atau menyesuaikan pengaturan kamera.
- Kompleksitas dan tantangan teknis yang meningkat: Lensa anamorphic membutuhkan lebih banyak keahlian teknis dan peralatan khusus untuk digunakan secara efektif, yang membuatnya lebih menantang untuk digunakan dibandingkan dengan lensa sferis. Hal ini dapat menyebabkan waktu penyiapan yang lebih lama, perlengkapan kamera yang lebih rumit, dan risiko masalah teknis atau kesalahan yang lebih besar selama pengambilan gambar.
- Masalah distorsi dan bokeh: Lensa anamorphic dapat menghasilkan bokeh yang unik dan menarik (area di luar fokus gambar), tetapi juga dapat menimbulkan distorsi atau penyimpangan optik lainnya yang tidak diinginkan dalam bidikan tertentu. Ini dapat mencakup peregangan atau kompresi horizontal, bokeh berbentuk oval, dan artefak visual lainnya yang dapat mengurangi kualitas gambar secara keseluruhan.
- Tantangan pascaproduksi: Rekaman anamorfik dapat lebih menantang untuk dikerjakan dalam pascaproduksi, terutama jika rasio aspek perlu disesuaikan atau jika rekaman perlu digabungkan dengan elemen lain. Ini mungkin memerlukan perangkat lunak atau teknik khusus untuk memperbaiki distorsi atau masalah lain dan mungkin memerlukan waktu dan sumber daya tambahan dibandingkan dengan rekaman bola.
- Secara keseluruhan, meskipun lensa anamorphic dapat menghasilkan tampilan yang unik dan menarik, lensa tersebut mungkin bukan pilihan terbaik untuk semua pembuat film atau situasi pengambilan gambar. Lensa sferis menawarkan fleksibilitas dan kemudahan penggunaan yang lebih besar, sambil tetap memberikan kualitas gambar yang sangat baik dan berbagai pilihan kreatif.
Meskipun format anamorphic telah populer di masa lalu, rasio aspek 2:1 menjadi pilihan utama untuk pembuatan film modern. Keseimbangan dan simetri, keserbagunaan dan kemampuan beradaptasi, kesesuaian untuk teknologi tampilan modern, dan hemat biaya menjadikannya pilihan menarik bagi pembuat film yang ingin membuat konten yang memukau secara visual yang dapat dengan mudah dilihat dan dinikmati oleh penonton di seluruh dunia. Alasan lain mengapa rasio aspek 2:1 menjadi populer adalah kompatibilitasnya dengan distribusi multi-platform.Â
Di era digital saat ini, film tidak lagi hanya ditayangkan di bioskop tetapi juga didistribusikan di berbagai platform, termasuk layanan streaming, cakram DVD dan Blu-ray, serta media sosial. Rasio aspek 2:1 sangat cocok untuk distribusi multi-platform ini karena bekerja dengan baik pada tampilan layar lebar tradisional dan tampilan vertikal atau persegi yang lebih baru, seperti yang ditemukan pada perangkat seluler dan platform media sosial. Saat film didistribusikan di media sosial, misalnya, film tersebut dapat dilihat di perangkat yang dipegang dengan orientasi vertikal, seperti smartphone.Â
Dalam hal ini, rasio aspek layar lebar dapat menghasilkan tampilan huruf yang signifikan (bilah hitam di bagian atas dan bawah layar), yang dapat mengurangi pengalaman menonton. Sebaliknya, rasio aspek 2:1 dapat ditampilkan tanpa letterboxing yang signifikan pada layar vertikal dan horizontal, menjadikannya pilihan yang lebih serbaguna untuk distribusi multi-platform.
Selain itu, rasio aspek 2:1 sangat cocok untuk tampilan beresolusi tinggi, seperti yang terdapat pada televisi 4K dan 8K. Layar ini memiliki kerapatan piksel yang lebih tinggi daripada layar HD standar, yang membuatnya lebih sulit untuk membedakan setiap piksel. Rasio aspek 2:1 kompatibel dengan tampilan beresolusi tinggi ini karena menyediakan bingkai seimbang dan simetris yang dapat memanfaatkan peningkatan resolusi sepenuhnya.
Kesimpulannya, rasio aspek 2:1 telah menjadi pilihan populer untuk pembuatan film modern karena kompatibilitasnya dengan distribusi multi-platform dan tampilan beresolusi tinggi. Karena cara kita mengonsumsi media terus berkembang, rasio aspek 2:1 menyediakan format yang fleksibel dan dapat disesuaikan yang dapat dengan mudah dilihat dan dinikmati di berbagai perangkat dan platform.