Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Auditor - Direktur BUMDesa Sidapurna Jaya

seorang INTP dengan hobi membaca, ngelamun, ngopi tapi ga suka merokok.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Pinjam Bank yang Benar

5 Oktober 2023   20:05 Diperbarui: 5 Oktober 2023   20:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ada kalanya seseorang pinjam di Bank karena kebutuhan mendesak baik kebutuhan konsumtif atau produktif.

Sebenarnya pinjaman di Bank itu seharusnya hanya untuk meningkatkan produktivitas usaha. Bukan untuk yang lain apalagi yang bersifat konsumtif

Logikanya sebagai berikut si Ahmad memiliki usaha dengan omset 10 juta per hari, Pak Ahmad mendapatkan order dalam jumlah yang besar yang tidak bisa dicukupi dengan model yang sekarang maka si Ahmad mengajukan pinjaman di Bank 100 juta. Dengan 100 juta tersebut si Ahmad menggunakannya untuk modal memenuhi orderan nya dan menghasilkan omset lebih besar maka pinjam bank itu bisa dikatakan produktif. Itu adalah cara pinjam bank yang benar.

Beda ceritanya untuk kebutuhan konsumtif ilustrasinya sebagai berikut Pak Budi akan mengadakan hajatan pernikahan anaknya, dia membutuhkan uang sejumlah 100 juta untuk mengadakan acara pernikahan anaknya tersebut. Pak Budi meminjam di bank 100 juta untuk acara pernikahan anaknya tersebut. Ini adalah pinjaman bank yang salah. Karena dengan pinjam 100 juta bukannya menambah penghasilan namun malah menambah beban pinjaman maupun bunganya ini adalah pinjam bank yang salah.

Sebenarnya pihak bank memiliki analisa tersendiri dalam proses survei yaitu analisa 5C. Analisa ini hanya mungkin bisa menghasilkan pengajuan pinjaman yang disetujui hanya jika digunakan untuk menambah produktivitas atau digunakan untuk produktif bukan konsumtif. Hal ini sebenarnya sudah sangat baik namun kadang-kadang ketika survei nasabah tidak menyampaikan informasi yang sebenarnya di mana dia berniat untuk digunakan secara konsumtif namun saat disurvei dia menceritakan planning pengembangan usaha yang produktif ini tentu saja sebuah kebohongan yang sangat fatal apalagi jika ditambah dengan berpura-pura memiliki usaha yang mana usahanya pinjam dari orang lain ini sangat fatal akibatnya di satu sisi jangka panjangnya dia akan kesulitan mengembalikan hutangnya disisi lain pihak bank juga tertipu sehingga menambah tingkat kemacetan bank tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun