Mohon tunggu...
Lukman Fauzi
Lukman Fauzi Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Saya adalah pemerhati kesehatan masyarakat, terutama bidang Epidemiologi, Biostatistik, dan Kependudukan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gangguan Kesehatan Mental pada Remaja Menjadi Salah Satu Pemicu Gangguan Kesehatan yang Lebih Besar

11 Oktober 2023   09:30 Diperbarui: 11 Oktober 2023   09:43 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) secara global terjadi pada kelompok usia produktif dengan beban kecacatan dan kematian akibat PTM meningkat secara substasial serta salah satu penyebab utamanya adalah gangguan mental. Peningkatan prevalensi PTM di Indonesia sebelumnya mengancam kelompok usia lanjut, namun adanya pergeseran pola penyakit menunjukkan PTM sebagian besar juga mengancam kelompok usia produktif.

Salah satu faktor risiko dari kejadian PTM adalah gangguan kesehatan mental. Hubungan antara gangguan mental dan PTM utama sudah memili bukti yang memadai. Perilaku sedentary dan kesehatan mental yang buruk menjadi salah satu faktor kunci dalam perkembangan keparahan dari terjadinya PTM. Stress adalah salah satu faktor penentu paling penting dalam meningkatkan risiko PTM. PTM pada kelompok usia produktif berhubungan erat dengan kesehatan mental remaja seperti adanya beban kehidupan pribadi, adanya tekanan faktor ekonomi, maupun tekanan dari keluarga yang menimbulkan beban psikologis pada remaja dan berakibat meningkatkan risiko terjadinya PTM. Berdasarkan data dari riset kesehatan dasar sebesar 9,8% kelompok usia produktif dengan usia lebih dari 15 tahun mengalami masalah psikologis mental emosional. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Indonesia mengalami kesehatan mental yang cukup signifikan. Adanya ganguan kesehatan mental berhubungan dengan penyakit tidak menular serta meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular yang menyebabkan sebagian besar trauma yang disengaja atau tidak disengaja sehingga dapat menyebabkan prognosis yang buruk.

Dengan latar belakang ini, pengabdi FIK UNNES melakukan kegiatan pengabdian menajamen kesehatan mental kepada mahasiswa fungsionaris di FIK UNNES. Para pengabdi yang terlibat adalah Dr. Andry Akhiruyanto, Lukman Fauzi, MPH, Dr. Taufiq Hidayah, dan Abdul Ghofur. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah edukasi kesehatan mental, penilaian kesehatan mental, dan penlaian kesehatan intelegensia.

Peningkatan literasi mengenai manajemen kesehatan mental pada mahasiswa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pengetahuan seputar kesehatan mental. Edukasi tersebut berisi pesan manajemen kesehatan mental, yaitu peningkatan kemampuan mengenali kesehatan mental, faktor risiko dan penyebab gangguan mental, mengatasi masalah (problem solving), manajemen stres, dan penanganan bantu diri, serta hubungannya dengan PTM.

Penilaian kesehatan mental dilakukan untuk mengetahui kesehatan mental pada mahasiswa di FIK UNNES. Penilaian tersebut dilakukan menggunakan Self Reporting Questionnaire 29 (SRQ-29) sebagai instrumen penilaian kesehatan mental yang telah dikembangkan oleh World Health Organization. SRQ 29 berupa self asssessment yang dapat diisi secara mandiri. Selanjutnya, hasil yang telah didapatkan dapat diinventarisir dan diidentifikasi untuk menentukan intervensi selanjutnya.

Penilaian kesehatan intelegensia dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar, mengetahui potensi kecerdasan, dan menemukan potensi hambatan belajar pada mahasiswa FIK UNNES. Upaya tersebut dilaksanakan supaya tindakan intervensi dapat segera dilakukan. Penilaian ini menggunakan kuesioner penjaringan kesehatan intelegensia yang dapat diisi secara mandiri oleh mahasiswa

Harapannya pengabdian kepada masyarakat ini dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk mengenali potensi gangguan kesehatan mental yang ada pada dirinya melalui beberapa pemeriksaan yang telah diberikan. "Kami sangat prihatin dengan kejadian bunuh diri dan melukai diri sendiri di kalangan mahasiswa sedang marak akhir-akhir ini. Perlu deteksi dini untuk mengenali gangguan mental ini terutama di kalangan mahasiswa yang beban kuliah dan nonkuliahnya sangat tinggi" ucap Dr. Andry.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun