Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenikmatan Makanan

8 Oktober 2024   08:09 Diperbarui: 8 Oktober 2024   08:10 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kenikmatan Makanan

Makanan yang kita makan, kalau di telusuri melalui proses perjalananya, dapat dimulai saat melihat makan,  mengambil makanan, memakan makanan dan mengeluarkan makanan dari jalur lain.

Kenikmatan makan saat melihat makanan dapat dikategorikan lapar mata, melihat makanan semua ingin dimakan. Namun setelah perut terisi penuh makanan maka yang awalnya makanan terlihat enak, sudah terasa menjadi malas dan enggan untuk memakan karena perut sudah menolak (kenyang). Lapar mata ini dapat dikarenakan stress, perubahan hormon maupun memang mata yang suka tergiur (menginginkan) saat melihat setiap makanan. Lapar mata (keinginan) bisa juga karena hanya faktor sebab melihat sesuatu seperti makanan dan yang lain sebagainya (perhiasan, pakaian, orang berjalan) dapat meningkatkan selera makan atau keinginan melihat sesuatu yang ingin dimilikinya.

Mengambil makanan  hidangan yang di depan mata, kadang juga membuat tangan tidak mampu mengontrolnya. Semua yang dilihat ingin diambil dan dimakan. Namun setelah dimakan dan perut terasa kenyang, maka keinginan untuk mengambil makanan sudah   tidak ada lagi, terhalang oleh perut yang sudah penuh.

Begitu juga saat memakan makanan semisal roti, ketika roti masuk ke mulut kemudian dikunyah dengan lembut, maka disitulah kenikmatan sebenarnya yang didapat dari makanan (nikmat hanya saat di mulut), saat roti sudah lembut kemudian ditelan masuk ke perut, maka sudah tidak ada lagi kenikmatan dari makanan tersebut.

Makanan masuk keperut hanya membuat kenyang, rasa manis, gurih dan nikmatnya makanan sudah tidak terasa lagi, beberapa saat kemudian menjadi sampah atau kotoran yang harus dikeluarkan. Kalaupun tidak bisa dikeluarkan maka akan menjadi penyakit pada diri seseorang.

Mengeluarkan kotoran dalam rangka agar proses makanan yang tersimpan dalam perut tidak lama, perut dapat terisi makanan kembali dan mendapatkan asupan gizi, nutrisi untuk memenuhi  kebutuhan organ tubuh.

Hidup di dunia kalau tidak dapat memanfaatkan untuk ibadah, laksana memakan secuil potongan roti. Makan yang jelas-jelas sedikit tentu tidak memiliki pengaruh pada tubuh, kenikmatan dimulut saat dikunyah tidak lama, cepat halus kemudian langsung masuk perut, menjadi ampas kotoran yang bau kemudian harus dikeluarkan.

Begitu pula kalau cita-cita hidup seseorang hanya sebatas memasukan makanan dalam perut,  maka hasilnya hanya kotoran semata. Namun bila orientasi hidup tidak sebatas sesuap roti, maka akan mendapatkan kemulyaan akhirat  balasan dari Allah swt. seperti memakan makanan dengan tujuan mendapatkan energi dan kesehatan untuk ibadah, maka makan akan menjadi nilai pahala dan menjaga kestabilan kekuatan gerak tubuh manusia untuk menjalankan ibadah kepada Allah Swt.

Makanlah dengan diniati agar badan sehat, dapat menjalankan perintah Allah Swt dengan kemampuan kekuatan yang  dimiliki sehingga proses ibadah dapat dilaksanakan dengan lancar dan sempurna selanjutnya nilai pahala tentu akan didapat.

Dunia merupakan ladang ibadah meriah pahala sebanyak mungkin untuk bekal menuju perjalanan akhirat yang kenikmatannya tidak bisa dibandingkan  dengan apapun yang ada didunia, bahkan ratusan tahun hidup didunia sangat jauh sekali bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.

Sebagai penegasan dalam tulisan ini, janganlah memandang dunia seperti makanan yang berakhir menjadi kotoran, jadikan dunia untuk memperkuat  tempat ibadah, mengabdi dan mencari ridha Allah Swt. Maka kita akan dimasukkan pada pintu rahmat Allah Swt.

Dalam syair dikatakan : "Alangkah bagusnya seseorang  bisa mengumpulkan

harta dan ilmunya untuk ibadah, sehingga  hidup di dunia dengan agama kuat dan  indah, namun gambaran sejelek-jelek manusia hidup di dunia mereka yang kufur dan miskin pula. 

Syair di atas mengajak kita pada saat hidup di dunia untuk menjadi orang yang kuat agamanya dan kuat (memiliki) ilmu. Jangan menjadi orang yang kafir (menyekutukan Allah Swt)  dan miskin pula yang akan menjadi manusia rugi di dua alam (dunia dan akhirat).

Dunia yang hanya diisi aktivitas makan untuk mengganjal perut, apalagi saat makan tanpa berdoa, sehingga setan dapat ikut menikmatinya. Hal yang demikian  menjadi pelajaran bersama bahwa hidup tidak hanya untuk makan, Hidup di dunia adalah proses menjalani kebahagiaan  hidup, agar dapat bahagia di dunia dan akhirat. 

Keberadaan setan sendiri laksana anjing yang sedang berdiri tegak menjadi penghalang di pintu rahmat Allah Swt. Mereka mengganggu bagi siapa saja yang ingin  membuka hijab dekat dengan Allah swt dan menjadi manusia yang mampu hidup bermanfaat bagi alam semesta.

Berdoa saat makan akan membuat setan tersingkir dan menjauhi manusia. Dengan demikian makanan yang dimakan akan membuat tubuh kuat, sehat dan menjadikan dekat semangat beribadah kepada Allah Swt.

Menjadi pelajaran yang  penting juga, saat melihat dunia, maka lihatlah orang-orang yang ada di bawahnya, baik secara ekonomi maupun kesehatan. Maka hal ini akan membuat kita menjadi manusia bersyukur dan dapat menghilangkan perasaan kesusahan yang ada. Namun sebaliknya, bila melihat dunia yang dilihat sisi kelebihan (ke atas) orang lain, maka yang muncul adalah kegelisahan dan ketidaknyamanan.

Coba kita renungkan, rasanya kita akan menangis dan menjadi pelajaran yang berharga bagi siapa saja, bila melihat orang yang memanggul kayu (pencari kayu dipegunungan) yang berjalan berkilo-kilo meter dengan jalanan yang sempit, berbelok-belok, turun naik ditanjakkan yang terjal. Sementara kita diberikan kemudahan ekonomi, tidak harus bersusah payah tetap bisa mendapatkannya.  

Doakan anak-anak kita agar mereka dapat hidup mulia dan menjadi orang yang berguna. Mampu menjalani hidup menjadi manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain dan alam semesta. Sehingga akan selamat dari godaan setan yang senantiasa menghalangi manusia yang ingin dekat dengan Allah Swt.

Secuil roti yang dimakan terasa enak pada saat mengunyah, waktunya pun hanya sebentar, namun bila dibandingkan dengan kenikmatan akhirat tidak ada bandingnya. Walaupun manusia mampu hidup di dunia lebih dari seratus tahun. Sebagai perenungan dan penekanan makna hidup "Kenapa harus mengejar dunia mati-matian yang ada batasnya dibandingkan dengan kenikmatan akhirat yang tidak ada batasnya."

Jadikan hidup di dunia untuk menjadi manusia yang senang beribadah, bahagia dekat dengan Dzat Sang pencipta Allah Swt.  Mampu mencapai kenyamanan hidup untuk meraih tujuan kebahagiaan akhirat.

Harapan dan doa bersama untuk dapat menjalankan sholat sunnah walaupun satu rokaat di malam hari dan ahli jamaah di setiap shalat fardu, menjadi kenikmatan luar biasa yang tak terhingga dan pahala didapat di akhirat nanti.  Mudah-mudahan kita dipermudah untuk melakukan dan bisa istiqamah. Aamiiin.

Lukmanrandusanga, Catatan ngaji Ihya, Rabu, 2/10/2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun