Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Mi Tayamum

27 Maret 2023   11:27 Diperbarui: 27 Maret 2023   11:31 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mi Tayamum dijemur, saat mau dimasak. dokpri

Mi Tayamum

Kali ini penulis akan menyugukan tentang Mi Tayamum. Makanan ringan yang masih melegenda dari dulu hingga sekarang. Krupuk khas Ndesa dan isnyaAllah sudah masuk kota.

Mi tayamum berbahan Aci atau tepung tapioka dari bahan dasar ketela pohon atau bahasa Randusanganya "Bodin."

Bodin dikupas dulu, kemudian masukan penggilan, selanjutnya dari tepung dijemur menunggu kering.  Sehingga menjadi tepung yang siap dikirim kemanapun. Termasuk kepada  pengrajin Mi Tayamum.

Mi tayamum dari tepung dijadikan adonan, kemudian dicetak ada yang kecil dan besar. Rata-rata mi tayamum bermodel bulat. Jarang yang lonjong atau oval dan segi empat. Mungkin karena sudah tradisi kali..

Mi tayamum sangat mudah didapatkan baik yang masih mentah maupun sudah masak. Biasanya orang yang sedang makan mi tayamum sulit berhenti karena rasanya gurih dan kemriyak, kata penulis sih...

Mi tayamum sangat enak bila menjadi penawar saat makan rujak. Kapok pedes ini terbukti. Rujak pedes menjadikan tubuh berkeringat dan mulut kepanasan. Mi tayamum ini sangat cocok menjadi penawarnya.

Disamping disandingkan dengan rujak. Mi Tayamum sangat cocok juga dimakan dengan colet sambel. Baik sambel ketela maupun sambel pedes. Dan mitayamum juga ada yang suka dikasih minyak, katanya untuk menambah gurih.

Mi Tayamum memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Membuat para perantau ingat kampung. Terbukti saat lebaran, Mi tayum laku keras dengan disandingkan rujak khas kampung yang sulit ditemukan di kota lain. Selamat menikmati Mi Tayamum. Ingat Mi Tayamum Ingat Kampung.

(lukmanrandusanga, 27/3/2023)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun