Alhamdulillah dari para wisatawan yang aku hentikan menuju pantai, mereka memahami dan mengucapkan terimakasi padaku, karena sudah dikasih tahu. Namun bagi para wisatawan yang sebelumnya telah menuju pantai, akhirnya mereka terjebak dan pulang larut malam, menunggu air surut . Kalau tidak ingin motornya mati ditengah jalan.
Pukul 17.00 Wib, rumah ibuku yang dapat dikatakan tinggi dan tahun-tahun sebelumnya tidak kemasukan banjir air pasang. Sore itu harus kemasukan air rob setingga mata kaki.
Pukul 17.15  Wib. Aku harus melepas mesin pompa air yang ada dirumah. Agar tidak terendam  air. karena ketika terendam, maka akan membuat pompa air rusak.
Bolak balik antara pertigaan  balai desa Randusanga dan rumah, sedikit menguras tenaga. Tak terasa terdengar suara adzan magrib berkumandang  dari masjid kampung. Namun musholah yang dekat rumah tidak terdengar kumandang adzan, karena mushola sudah terpenuhi oleh air rob sehingga untuk sementara tidak bisa digunakan untuk sholat jamaah.
Disholat magrib kali ini dilakukan dirumah, kebetulan rumah masih  aman dari  banjir air pasang. Dan untuk kedua kalinya ngaji harus libur kembali. Biar santri kecilku tidak keluar rumah.
Setelah selesai sholat magrib, aku kembali ke pertigaan balai desa, untuk kembali menghalau para pengguna jalan, agar mengurungkan nuatnya menuju Pantai. Karena air pasang besar dan khawatir terjebak dan motor menjadi mogok.
Menjelang waktu sholat isya aku kembali kerumah orang tua, untuk membantu membersihkan kotoran banjir yang membawa lumpur dan sampah.
Banjir, Â walaupun membawa air, namun dapat membuat orang tidak bisa mandi, termasuk aku sendiri.
Mohon doa, untuk mereka yang terkena musibah air pasang. Mudah-mudah rob hari tidak sebesar hari kemarin. Aamiiin Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H