Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perang Air Asin dan Tawar di Kampungku

16 April 2020   20:50 Diperbarui: 16 April 2020   21:04 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang air asin dikampungku. Dokpri

PERANG AIR TAWAR DAN ASIN DI KAMPUNGKU

Air asin laut telah menyerbu kampungku,
Menenggelamkan daratan yang rendah.
Begitu pula dengan air tawar.
Tanpa surat peringatan.
Ikut menyerang kampungku.
Mereka datang membawa jutaan meter kubik pasukan.

Perang mulai dari daratan rendah.
Siapa  menghalangi ditenggelamkan dan diseretnya pula.
Menuju tanpa arah.
Meratakan semua milik orang kampung.
Sungailah menjadi jalan awal  peperangan ke berbagai daerah.

Kedua air yang perang di sungai.
Membelah kampung dan tambak.
Berjalan cepat dari arah berlawanan.

Air asin datang dari laut.
Air tawar menuju laut.
Keduanya perang dikampungku.
Bersama sampah-sampah yang dibawanya.
Ada bau busuk.
Plastik yang sulit urai.
Potongan kayu kecil berbagai jenis.
Tanaman air dijadikan ranjau.

Hewan liar menjadi senjata mematikan
Ada ular.
Biawak.
Ikan berpatil.
Kampungku menjadi saksi ganasnya perang air tawar dan air asin.

Ribuan hektar tambak tak berfungsi
Menghancurkan perekonomian warga
Rumah di tinggikan, tuk bertahan serbuan gelombang air.
Sebagai benteng terakhir keluarga.

Perang kedua air
menjadikan jalanan asin
Tumbuhan mati dan kendaraan berkarat.

Perang air setiap tahun pasti terjadi dikampungku.
Baik serang air tawar
Serangan air asin
maupun serang kedua air.
Namun aku tetap bertahan  dari berbagai serangan.
Dari aku lahir hingga sekarang.

Peperangan sepertinya sudah berubah menjadi hiburan.
Air asin laut melimpah  sudah biasa.
Air hujan banyak, kiriman dari desa tetangga tidak bisa bicara apa-apa.

Alam tidak bisa dilawan
Namun dapat dijadikan kawan
Tuk meraih masa depan
yang penuh dengan impian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun