Mohon tunggu...
Lukman Salendra
Lukman Salendra Mohon Tunggu... profesional -

saya senang melakukan perjalanan ke indonesia bagian timur

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membaca Puisi Lagi

3 Desember 2014   19:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:08 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_380242" align="aligncenter" width="358" caption="(Foto Dok.Pribadi)"][/caption]

Menyusuri sungai Kayan
Riak-riak kecil mendatangkan isyarat
Perahu-perahu nelayan dan kebiasaan air mengalir
Dapatlah kumaknai sebagai cinta
Atau ukuran seberapa berharganya ini avonturir
Aku tahu di dalam sungai
Mungkin ada ikan-ikan yang mulutnya sakit
Tercemar merkuri. Batu-batu pun ingin berontak
Juga rawa-rawa di sebelah kanan dan rerumpun nipah
Di sebelah kiri. Saling pekik bersahutan dalam angin
dan cuaca

Aku membaca puisi lagi
Seperti membaca ingatan pada pamflet bulan
Di atas sungai Kayan-Mentarang
Bulan yang tampak wajahnya pada malam-malam
Bosankah ia duduk-duduk sambil menggerutu waktu?
Aku hanya membaca kata-kata dari manusia
Yang rindu-cemburu, katanya
Asal kau tahu, kata-kata rindu-cemburu merasuk sampai subuh
Sampai setiap kabut menyentuh kalbu
Menggetarkan segala nyala, jadi hidup lagi pucuk ini
Dari yang asalnya pun akar-akar mati

Aku membaca sungai Kayan
Hingga kutemukan puisi tak pergi
Dan cintaku di pulau ini
Adalah ujung kesimpulan perahu
tambatan jiwaku pada titik temu:
Cintaku tertuju, tertanam di Apo Kayan

In, 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun