Mohon tunggu...
Lukman Sulistyo
Lukman Sulistyo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

.....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Libya, Antara Minyak dan Palestina-Israel

22 Oktober 2011   01:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:39 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perang untuk menguasai tanah Arab masih menjadi agenda Amerika. Bersama negara induk semangnya, Israel, Amerika menjalankan misi untuk mengamankan posisi Israel di timur tengah. Membangun negeri Israel Raya adalah cita-cita zionis-yahudi yang sulit dibantah oleh pemerintahan Amerika hingga kini. Siapapun yang memimpin Amerika maka dia harus siap menjadi budak negara Yahudi itu. Tak peduli bahwa Amerika bakal merugi dan siap-siap runtuh bersama utang-utangnya yang semakin menumpuk dan menyulitkan perekonomian Amerika saat ini.

Namun beda Afganistan dan Irak serta Libya. Di Afganistan dan Iraq, Amerika melakukan agresi militer besar-besaran. Seluruh sistem persenjataannya dikerahkan untuk menguasai Afganistan dan Irak. Taliban yang awal mulanya adalah betukan Amerika di Afganistan untuk mengusir Rusia kemudian ganti dikejar habis-habisan. Demikian pula Saddam yang awal mulanya dipelihara untuk menyaingi negeri para Mullah Iran. Ketika Saddam sudah dianggap tak bergigi maka ganti ia pun dikejar dan negerinya direnggut secara militer.

Afganistan dan Irak dikuasai demi motif memperkuat pendudukan Israel di timur tengah sekaligus mengeruk minyak bumi yang dikandungnya. Namun agresi militer Amerika ke Afganistan dan Irak menyisakan himpitan ekonomi Amerika yang semakin memburuk. Dan mereka membutuhkan target lain. Bidikannya ada di Libya.

Revolusi yang terjadi di Mesir setidaknya membuat Israel bergidik. Karena revolusi Mesir menjadikan pemerintahan Mesir semakin mesra dengan penguasa Gaza, Hamas. Bahkan pasca revolusi Ikhwanul Muslimin menjadi organisasi yang legal secara hukum di Mesir. Padahal selama pemerintahan Husni Mubarak Ikhwanul Muslimin dicap sebagai organisasi terlarang.

Perubahan Mesir ini tentu merubah peta politik timur tengah. Selain Turki ada Iran juga Libanon yang menjadi markas bagi pejuang Hizbullah didikan Iran. Dan kini revolusi Mesir menjadikannya bagian dari kekuatan yang bakal menjegal Israel di timur tengah.

Selain kebutuhan akan minyak dan sumber energi, secara politis Amerika merasa perlu untuk memanfaatkan situasi revolusi timur tengah untuk menggulingkan Khadafi. Namun kali ini aksi Amerika lebih hemat dan cermat. Tidak ada agresi militer. Amerika menggunakan kaki-tangannya di Libya yang berdalih sebagai penyelamat Libya.

Di satu sisi penggulingan rezim Khadafi dirasa perlu bagi rakyat Libya agar bangsanya terlepas dari rezim yang berkuasa bak maha raja. Tapi di sisi lain penggulingan ini ternyata menjadi hidden agenda Amerika untuk menguasai minyak Libya dan memperkuat posisi Israel secara politis di timur tengah.

Israel sebagai negara Yahudi yang berukuran mini justru memiliki power yang kuat untuk mengendalikan Amerika dan Nato. Inggris, Prancis, Italia, dan negara anggota Nato lainnya tak berkutik di bawah kendali Israel. Dan sekali lagi kita diperlihatkan bahwa Amerika mau bersusah payah untuk mengamankan Israel tanpa memperdulikan kondisi ekonominya yang sedang diambang kebangkrutan. Untuk siapakah minyak Libya setelah dikuasai Amerika? Tidak jelas. Bahkan setelah menguasai minyak di Irak pun ekonomi Amerika justru semakin merosot tajam. Yang jelas, minyak bukan memberi keuntungan justru menjadi kutukan bagi Amerika. Karena minyak itu telah bercampur dengan darah manusia yang menjadi korban agresi mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun